tag:blogger.com,1999:blog-79491862169016458632024-03-14T09:39:32.658+07:00KULIAH DI STAI PERSISUnknownnoreply@blogger.comBlogger69125tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-78371513055589127432011-11-12T19:13:00.000+07:002011-11-12T19:13:45.376+07:00Responsibilitas Pendidik<div style="background-color:lavender;color:black;text-align:justify;padding:8px;">Hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam setiap peristiwa pendidikan, dilihat dari segi-segi berikut.<br />
<ul><li>Penghormatan antara pendidik dan peserta didik</li>
<li>Penerimaan dan kedekatan antara pendidik dan peserta didik</li>
<li>Tujuan-tujuan yang ada dalam peristiwa pendidikan</li>
<li>Responsibilitas pendidik terhadap peserta didik</li>
<li>Kemauan pendidik memberi bantuan kepada peserta didik</li></ul><span class="fullpost"> </span><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-61926966625455932452011-09-05T04:06:00.000+07:002011-09-05T04:06:52.824+07:00Perbedaan 'Iedul Fithri 1432 H<div style="background-color:green;color:yellow;text-align:justify;padding:6px;">Iedul Fithri 1432 H yang telah berlalu beberapa hari ke belakang menyimpan sebuah tugas, terutama bagi para dai, muballig dan para guru. Bukan hanya perbedaan hari raya yang menjadi masalah bagi setiap sisi kehidupan seorang insan. Zakat fitrah pun tentunya harus menjadi bahan perhatian.<span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-7187586839893589412011-05-24T20:24:00.002+07:002011-05-24T20:29:56.388+07:00PENGAJARAN BAGI FAKIR MISKIN<div style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">HADIS I:<br /><br />عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ. فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ. قَالَ: مَا لَكَ ؟ قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟ قَالَ: لاَ. فَقَالَ: فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا؟ قَالَ: لاَ قَالَ: فَمَكَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ. قَالَ: أَيْنَ السَّائِلُ؟ فَقَالَ: أَنَا. قَالَ: خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ. فَقَالَ الرَّجُلُ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي. فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ: أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ <br /><br />Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, “Ketika kami duduk di samping Nabi Saw, tiba-tiba seorang laki-laki datang (menghadap) kepadanya”. Lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, aku telah celaka”. Beliau bersabda, “Apa (yang terjadi) padamu?”. Ia berkata, “Aku telah (melakukan jima) dengan istriku dan aku sedang shaum”. Maka Rasulullah Saw bersabda, “Apakah kamu (bisa) mendapat seorang hamba sahaya yang kamu merdekakan ia?”. Ia berkata, “Tidak”. Beliau bersabda, “Apakah kamu mampu shaum dua bulan berturut-turut?”. Ia berkata, “Tidak”. Lalu beliau bersabda, “Apakah kamu bisa memberi makan 60 orang miskin?”. Ia berkata, “Tidak”. Ia berkata, “Lalu Nabi Saw diam”. Maka ketika kami berada dalam keadaan demikian, didatangkan kepada Nabi Saw suatu bejana yang di dalamnya berisi kurma. Beliau bersabda, “Mana yang bertanya (tadi)?”. Lalu ia berkata, “Aku”. Beliau bersabda, “Ambillah ia, bershadaqahlah dengannya!”. Lalu laki-laki itu berkata, “Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada aku, Ya Rasulullah? Maka demi Allah, tidak ada di antara ..... yang lebih fakir daripada keluargaku”. Lalu Nabi Saw tertawa sehingga tampak gigi gerahamnya. Kemudian beliau bersabda, “Berilah makan dengan itu kepada keluargamu!”.<br /><br /><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">TAKHRIJ</span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Malik, Muslim, An-Nasai, Abu ‘Awanah, At-Thahawi, Ibnu Khuzaimah, Ahmad, Ad-Daraquthni, Abu Dawud, Al-Bazzar, dan Imam Al-Hakim. Para imam ahli hadis meriwayatkan hadis ini dalam beberapa versi dan beberapa bab.</span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">Imam al-Bukhari, misalnya, mengungkap kisah orang yang melakukan kesalahan (jima) pada siang hari Ramadhan ini melalui beberapa judul bab, di antaranya adalah sebagai berikut.</span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">1. Bab Idza Ja_ma’a fi Ramadhan yang bersumber dari Aisyah.</span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">2. Bab Idza Ja_ma’a fi Ramadhan wa lam yakun lahu syaiun fa tushuddiqa ‘alaihi, fal yukaffir yang bersumber dari Abu Hurairah melalui jalur Syuaib.</span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">3. Bab al-Muja_mi’ fi Ramadhan, hal yuth’imu ahlahu min al-kaffarat idza ka_nu maha_wij yang bersumber dari Abu Hurairah melalui jalur Manshur bin al-Mu’tamir.</span><span style="font-size:100%;"><br /><br /><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">HADIS II:</span><span style="font-size:100%;"><br /><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِى يَقُوْلُ : إِنِّى لَفِى الْقَوْمِ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلعم إِذْ قَامَتْ إِمْرَأَةٌ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّهَا قَدْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لَكَ فَرَفِيْهَا رَأْيَكَ فَلَمْ يُجِبْهَا شَيْئًا. ثُمَّ قَامَتْ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّهَا قَدْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لَكَ فَرَفِيْهَا رَأْيَكَ. فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَنْكِحْنِيْهَا. قَالَ: هَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْئٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: إِذْهَبْ فَاطْلُبْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَديِدٍ. فَذَهَبَ وَ طَلَبَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ: مَا وَجَدْتُ شَيْئًا وَلاَ خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ. فَقَالَ: هَلْ مَعَكَ مِنَ الْقُرْانِ شَيْئٌ؟ قَالَ: مَعِي سُوْرَةُ كَذَا وَ سُوْرَةُ كَذَا. قَالَ: إِذْهَبْ فَقَدْ أَنْكَحْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْانِ.</span><span style="font-size:100%;"><br /><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">Dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi, ia berkata, “Sesungguhnya aku berada di suatu kaum di samping Rasulullah Saw ketika seorang wanita berdiri, lalu ia berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya ia telah menghibahkan dirinya untukmu, maka bagaimana menurutmu? Lalu beliau tidak menjawabnya sedikit pun. Kemudian ia berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya ia telah menghibahkan dirinya untukmu, maka bagaimana menurutmu?’ Lalu seorang laki-laki berdiri, kemudian ia berkata, ‘Ya Rasulullah, nikahkanlah aku dengannya’. Beliau bersabda, ‘Apakah kamu memiliki sesuatu?’ Ia berkata, ‘Tidak’. Beliau bersabda, ‘Pergilah, lalu carilah walaupun sebuah cincin dari besi’. Lalu ia pergi dan mencari. Kemudian ia datang, lalu ia berkata, ‘Aku tidak mendapatkan apa-apa dan aku juga tidak mendapati cincin dari besi’. Kemudian beliau bersabda, ‘Apakah kamu memiliki ayat al-Quran (yang kamu hafal)?’ Ia berkata, ‘Aku (hafal) surat ini dan surat ini’. Beliau bersabda, ‘Pergilah, sungguh aku telah menikahkanmu dengannya dengan apa yang ada padamu dari al-Quran itu’.</span><span style="font-size:100%;"><br /><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, dan An-Nasai dengan beberapa periwayatan dan beberapa versi lafadz yang sedikit ada perbedaan. Imam al-Bukhari mencantumkan hadis ini dalam bab At-Tazwij ‘ala al-Quran wa bi ghair shadaq.</span><span style="font-size:100%;"><br /><br /><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">Dalam riwayat-riwayat di atas terkandung nilai pendidikan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw bagi umatnya, yakni sebuah pendidikan yang diperuntukkan bagi kaum dhuafa (fakir – miskin). Adapun isyarat pendidikan yang termuat dari kandungan hadis ini adalah sebagai berikut.</span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">1) Rasulullah Saw, pada pokok permasalahan yang dihadapi oleh umatnya, tetap menyampaikan isi dan ketentuan dari ajaran Islam sebagaimana mestinya. Dalam hadis itu tergambar penjelasan beliau tentang kifarat apa saja yang harus terpenuhi bagi orang yang batal shaum karena jima.</span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">2) Rasulullah Saw memberikan keringanan atau kemudahan bagi mereka tatkala jelas bahwa mereka benar-benar tidak mampu memenuhi ketentuan yang seharusnya. Bahkan di hadis ini nampak jelas bahwa kurma yang diberikan oleh Rasulullah Saw kepada orang tersebut pada hakikatnya merupakan kifarat dengan shadaqah walaupun yang menerimanya orang tersebut juga. Dalam istilah mu’amalah, apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw tersebut termasuk dalam kategori hiwalah. Dalam satu kaidah Ushul Fiqih disebutkan: </span><span style="font-size:100%;"><br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-size:100%;">إِنَّ الإِعْسَارَ لاَ يُسْقِطُ الْكَفَّارَةَ عَنِ الذِّمَّةِ</span><span style="font-size:100%;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-size:100%;">“Kesulitan tidak dapat menggugurkan kifarat dari perlindungannya”</span><br /></div><span style="font-size:100%;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-size:100%;">Selain itu, hadis-hadis seperti ini berupaya menumbuhkan kepercayaan diri seseorang yang keadaan ekonominya di bawah rata-rata dan kemudahan dalam melaksanakan ajaran agama. Contoh kasus lain adalah periwayatan hadis tentang kecemburuan mereka dalam menunaikan shadaqah dan keterangan tentang yang paling banyak masuk surga (melalui pengajaran sikap sabar). </span><span style="font-size:100%;"><br /><br /><br /></span></div><span class="fullpost" style="font-size:100%;"> </span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-49081299486279568572011-03-19T06:17:00.003+07:002011-03-19T06:23:19.894+07:00KONSEPSI PERENCANAAN PENGAJARAN<a href="http://www.ziddu.com/downloadlink/14245378/PERENCANAANPENGAJARAN.doc">* Download Makalah</a><br />http://www.blogger.com/img/blank.gif<br /><div style="text-align: justify;">Dalam ilmu manajemen, perencanaan sering disebut dengan istilah planning yaitu persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.<br /> Menurut William H. Newman (Majid, 2007: 15), perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan berisi rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan tentang tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.<br /><br /><br /><span class="fullpost"><br />Terry menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Mengingat perencanaan berisi kegiatan pengambilan keputusan, diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa depan. Secara luas, Tjokroamidjoyo menegaskan bahwa perencanaan mencakup tiga pengertian sebagai berikut.<br />a. Suatu proses persiapan sistematik mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.<br />b. Suatu cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber yang ada secara efisien dan efektif.<br />c. Penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa. (Haryanto, 2000: 4)<br /><br />2. Pengertian Pembelajaran<br />Johnson mendefinisikan pembelajaran sebagai interaksi antara pengajar dengan satu atau lebih individu untuk belajar, direncanakan sebelumnya dalam rangka untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar kepada peserta didik. Sedangkan Hamalik merinci makna pembelajaran secara lebih luas sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.<br /> Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada "bagaimana membelajarkan siswa", dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.<br /> Pembelajaran sebagai suatu sistem memerlukan langkah perencanaan program pembelajaran, agar rencana pembelajaran yang disusun oleh guru dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas tentu saja memiliki pedoman yang komprehensif tentang skenario pembelajaran yang diinginkan oleh guru. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. (Anwar dan Hendra Harmi, 2011: 24)<br /> Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan atau pendekatan metode, dan penilaian, menentukan alokasi waktu untuk mencapai tujuan tertentu.<br /> Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sebagai berikut.<br />a. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pembelajaran secara sistematik yang menggunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin berlangsungnya kualitas pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini akan menganalisis tentang kebutuhan dari proses belajar secara sistemik yang dimulai dari proses perancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.<br />b. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pembelajaran dan implementasinya dalam kegiatan mengajar.<br />c. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah sains adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan implementasi, evaluasi, pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran.<br />d. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran yang dikembangkan dengan melakukan pengecekan dan perbaikan dari waktu ke waktu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.<br />e. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari gabungan berbagai subsistem yakni terkait dengan tujuan, materi, metode/strategi, media, evaluasi, fasilitas, potensi akademik siswa dan sumber/referensi.<br />f. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dari problem pengajaran. (Sagala, 2003: 136-137)<br /><br />B. Dimensi-Dimensi/Prinsip Perencanaan Pembelajaran<br />1. Signifikansi<br />Perencanaan pembelajaran harus memperhatikan signifikansi dan kegunaan social dari tujuan pendidikan yang diajukan. Pengambilan keputusan harus mempunyai garis-garis yang jelas dan mengajukan criteria evaluasi. Signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria yang dibangun dalam proses perencanaan.<br />2. Relevansi<br />Perencanaan pembelajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik atau waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.<br />3. Adaptif<br />Perencanaan pembelajaran bersifat dinamis sehingga perlu mencari umpan balik (feedback). Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan pembelajaran yang fleksibel, adaptatif, realistis, yakni dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.<br /><br /><br />4. Feasibilitas<br />Feasibilitas artinya perencanaan terkait dengan teknik dan estimasi biaya dalam pertimbangan yang realistic.<br />5. Kepastian atau defenitivenes<br />Sekalipun perlu banyak alternative yang disediakan dalam perencanaan pembelajaran, konsep kepastian yang dapat meminimumkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang tidak diduga tetap perlu diutamakan.<br />6. Ketelitian atau psimoniusness<br />Prinsip seharusnya mendapat perhatian yang sangat besar agar perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk yang sederhana dan sensitive terhadap kaitan-kaitan antara komponen pembelajaran. Berbagai alternative perlu disediakan sehingga mudah dipilih alternative mana yang paling efisien.<br />7. Waktu<br />Perencanaan pembelajaran hendaknya dapat memprediksi kebutuhan masa depan, dengan tetap memperhatikan dan bertumpu pada realitas kekinian.<br />8. Monitoring atau pemantauan<br />Monitoring merupakan proses dan prosedur untuk mengetahui apakah komponen yang ada berjalan sebagaimana mestinya. Dengan monitoring, hambatan atau kendala dalam implementasi pelaksanaan akan cepat diketahui, solusi pun dapat lebih mudah ditemukan, dan pelaksanaan pembelajaran berlangsung secara efektif.<br />9. Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Dengan demikian, perencanaan pengajaran perlu memuat hal-hal sebagai berikut.<br />a) Tujuan apa yang diinginkan.<br />b) Program dan layanan.<br />c) Tenaga manusia.<br />d) Keuangan.<br />e) Bangunan fisik.<br />f) Struktur organisasi.<br />g) Kontek sosial.<br />Menurut Hamalik, ada beberapa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut.<br />a. Memahami kurikulum<br />b. Menguasai bahan ajar<br />c. Menyusun program pengajaran<br />d. Melaksanakan program pengajaran<br />e. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.<br /><br />C. Karakteristik Perencanaan Pembelajaran<br />Ada beberapa karakteristik yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam menyusun suatu rencana pembelajaran, yaitu sebagai berikut.<br />1. Penyusunan perencanaan pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang belajar, baik dari segi kebutuhan siswa, perkembangan siswa, norma positif bagi siswa, dan minat serta perhatian siswa.<br />2. Memiliki tahapan-tahapan yang meliputi; (1) tahap persiapan melalui penguasaan terhadap bidang keilmuan yang menjadi wewenangnya, perhatian terhadap tujuan, metode, media, sumber, evaluasi, dan kegiatan belajar siswa itu sendiri; (2) tahap pelaksanaan melalui kegiatan belajar yang dinamis dan menyenangkan (joyfull learning) dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi untuk meraih kesuksesan dan kemajuan belajar; (3) tahap evaluasi melalui alat evaluasi yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable) dan memadai (adequate), dan; (4) tahap tindak lanjut melalui promosi guru untuk melanjutkan materi pembelajaran dan kenaikan kelas atau rehabilitasi (perbaikan) atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran, yang lebih dikenal dengan istilah remedial teaching, dengan tujuan memperkuat penguasaan siswa berupa penambahan jam pembelajaran, pengulangan materi, atau penambahan tugas khususnya bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal ketuntasan (KKM).<br />3. Sistematis, yakni penyampaian materi dimulai dari yang mudah dan diikuti dengan materi yang sulit dan dari segi pembelajaran harus mempertimbangkan keakuratan metode, media, evaluasi, dan tujuan pembelajaran.<br />4. Pendekatan sistem, yakni upaya untuk mengkolaborasikan semua komponen yang dapat mendukung kelancaran program pembelajaran.<br />5. Pembelajaran humanis yang bersumber dari kesadaran guru bahwa siswa yang dihadapinya memiliki berbagai macam potensi yang harus dihargai, diarahkan dan dikembangkan melalui cara-cara yang humanis dan beraneka ragam.<br /><br />D. Manfaat Perencanaan Pembelajaran<br />Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.<br /> Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut.<br />1. Sebagai dasar, alat kontrol dan petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;<br />2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan;<br />3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;<br />4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja;<br />5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;<br />6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.<br /><br />E. Urgensi Perencanaan Pembelajaran<br />Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut:<br />1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan peren-canaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembe-lajaran;<br />2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;<br />3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;<br />4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan;<br />4. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;<br />5. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;<br />6. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;<br />7. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Anwar, Kasful dan Hendra Harmi. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP. Bandung: Alfabeta.<br />Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.<br />Haryanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.<br />Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosda Karya<br />Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.<br /><br /><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-31555410100440967982011-03-09T18:47:00.002+07:002011-03-11T15:19:02.916+07:00PENGETAHUAN, ILMU DAN FILSAFATDownload <a href="http://www.ziddu.com/downloadlink/14139845/01-PengetahuanIlmudanFilsafat.doc" title="Untuk download, klik dulu judul tulisan dan klik di tempat download">Makalah</a><br /><br />Pengetahuan (knowledge) adalah suatu pengenalan manusia terhadap suatu objek, tanpa melalui penelitian dan pengukuran.<br /><br />Ilmu (science) adalah pengetahuan manusia yang sudah teruji dan terukur berdasarkan penelitian. <br /><br />Filsafat berasal dari kala filos atau filia (persahabatan, tertarik kepada), dan sofos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). <br />Dengan demikian filsafat artinya: pengetahuan yang dimiliki rasio manusia yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat membahas seluruh realitas, teristimewa eksistensi dan tujuan manusia.<br /><br />Karakteristik berpikir filsafat:<br />1. Menyeluruh: (melihat ilmu dari berbagai sudut pandang, kaitan yang satu dengan lainnya itu bagaimana)<br />2. Mendasar: (melihat pijakan sebuah ilmu; Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses berdasarkan kriteria dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar itu sendiri apa?) Seperti sebuah lingkaran, maka pertanyaan itu melingkar. Kita harus memulai dari satu titik. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar? Lahirlah spekulasi. <br />3. Spekulatif: menetapkan titik awal penjelajahan pengetahuan yang dapat diandalkan.<br /><br />Filsafat: Peneratas Pengetahuan <br />• Filsafat: melakukan satu pengembaraan untuk menetapkan satu pijakan ilmu. Ibarat marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. <br />• Ilmu: menyempurnakan dan memerinci pijakan supaya dapat diandalkan. Setelah ilmu berpijak, filsafat pun pergi melakukan pengembaraan mencari tempat pijakan ilmu lain.<br />• Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat tahap peralihan. Dalam peralihan ini bidang penjelajahan filsafat menjadi sempit dan sektoral. Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom. Pada tahap peralihan ilmu mendasarkan norma-norma kepada yang seharusnya, sedangkan pada tahap akhir mendasarkan kepada penemuan alamiah sebagaimana adanya. Dalam penyusunan pengetahuan tentang alam dan isinya ini tidak lagi menggunakan metode yang bersifat normatif deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif yang dikenal dengan metode “logico hypothetico verifikatif”.<br /><br />Bidang Telaah Filsafat<br />Tahap awal; mempersoalkan siapakah manusia itu? Berbagai asumsi, khususnya ilmu sosial, muncul dalam menelaah manusia. Contoh ilmu ekonomi dan manajemen. Ekonomi bertujuan menelaah hubungan manusia dengan benda yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manajemen menelaah kerjasama antar sesama manusia dalam mencapai tujuan bersama.<br /> Tahap kedua; pertanyaan yang berkisar tentang ada. Tentang hidup dan eksistensi manusia. Apakah hidup ini sebenarnya, apakah hidup ini sekedar peluang nasib yang melempar dadu acak?<br />Tahap Ketiga; membangun kerangka pemikiran yang orisinil dan meyakinkan dengan penalaran dan pembuktian yang tidak meragukan. (bedakan pemborong bahan bangunan dengan arsitek pembangun rumah). <br /><br /><br />Cabang-Cabang Filsafat<br />Pokok permasalahan yang dikaji filsafat itu ada tiga; logika, etika, dan estetika. <br />Logika ; berbicara tentang salah dan benar<br />Etika ; berbicara tentang baik dan buruk<br />Estetika; berbicara tentang indah dan jelek<br />Ketiga cabang utama filsafat ini bertambah lagi seperti: metafisika, politik (filsafat pemerintahan), filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika.<br /><br />Filsafat Ilmu<br />Merupakan bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan) yang secara sepsifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu. Walau secara metodologis tidak membedakan ilmu alam dan ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang khas, filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial. <br />Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yaitu:<br />• Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan? (Ontologi)<br />• Bagaimana proses diperolehnya ilmu itu? Bagaimana prosedurnya? Apa yang harus diperhatikan agar memperoleh pengetahuan yang benar? Apa kebenaran itu? Apa kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu itu? (Epistemologi)<br />• Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional? (Aksiologi)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-87067448203648768952010-11-22T00:39:00.000+07:002010-11-22T00:45:39.925+07:00Pengaruh Perbedaan Iedul AdhaPerbedaan hari raya Iedul Adha kemarin merupakan suatu hal yang perlu dipikir ulang oleh seluruh kaum muslimin, terutama muslim Indonesia. Kebanyakan di antara kita hanya terpaku pada perbedaan Iedul Fitri dan Iedul Adha saja. Padahal perbedaan hari yang terjadi itu sebenarnya berpengaruh juga terhadap bulan-bulan yang lain. Misalnya, setelah Dzulhijjah ini kita akan bertemu dengan Muharram. Di dalam bulan Muharram itu terdapat syariat shaum sunnat yang terdiri dari Shaum Tasu'a - 'Asyura (tgl. 9-10 Muharram) dan Shaum Ayyamul Bidh (tgl. 13-15 Muharram).<br /><br />Nah, bagaimanakah kita? Apakah kita memperhatikan juga terhadap kemungkinan terjadinya perbedaan seperti kemarin?<br /><br /><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-54817567814362089282010-11-14T16:15:00.000+07:002010-11-14T16:16:32.620+07:00Seputar Idul Adha<div style="text-align: justify;"><br />Berdasarkan Hisab dan Rukyat, diperoleh data sebagai berikut:<br /><br />1. Ijtima/Konjungsi Awal Bulan Dzulkijjah 1431 H terjadi hari Sabtu, 6 Nopember 2010, jam 15.52 WIB.<br />2. Ketinggian bulan saat Maghrib (Sabtu, 6 Nop 2010) di seluruh Indonesia antara -0,6 s.d. +1,7 derajat (di Pelabuhan Ratu +1,5 derajat)<br />3. Walaupun sudah di atas ufuk, ketinggian bulan tersebut tidak memungkinkan untuk terlihat, sehingga hilal belum atau tidak wujud.<br />4. Dari seluruh wilayah Indonesia, tidak dilaporkan ada yang melihat Hilal<br /><br />Berdasarkan data tersebut di atas, maka:<br /><br />Bulan Dzulqa’dah 1431 H ditetapkan 30 hari, sehingga 1 Dzulhijjah 1431 H ditetapkan Senin, 8 Nopember 2010 M dan Idul Adha 10 Dzulhijjah 1431 H bertepatan dengan <b>Rabu, 17 Nopember 2010 M</b>.<br /><span class="fullpost"><br /><b>Sunnah Seputar Dzulhijjah</b><br />1. 9 Dzulhijjah disunnatkan melaksanakan shaum Arafah. Shaum Arafah tidak mesti sama waktunya dengan kegiatan wukuf di Arafah, karena waktu shaum dan shalat ditentukan berdasarkan waktu setempat, bukan waktu Arafah atau waktu daerah lainnya.<br />2. 10 Dzulhijjah disunnahkan untuk shalat Idul Adha di lapangan terbuka.<br />3. 10 sampai 13 Dzulhijjah disunnahkan menyembelih hewan kurban.<br /><br /><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-31368053758067487902010-11-12T02:40:00.003+07:002010-11-12T03:06:53.290+07:00SEJARAH BANI UMAYAH I<div style="text-align: justify;"><br /><a href="http://www.ziddu.com/download/12490266/SejarahBaniUmayahI.doc.html" target="_blank" title="Silahkan download makalahnya di sini"><img src="http://i631.photobucket.com/albums/uu36/kangyosep/My%20Blog/download1.jpg" border="0" alt="Photobucket"></a><br /><b>A. Konstelasi Pemerintahan Bani Umayah<br />1. Asal-Usul dan Basis Kekuatan</b><br /> Sepeninggal Ali bin Abu Thalib, gubernur Syam tampil sebagai penguasa Islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan Bani Umayah. Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb adalah pembangun dinasti Umayah dan sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus. (Mufrodi, 1997: 69)<br /><br /> Keberhasilan Muawiyah dalam meraih jabatan khalifah dan membangun pemerintahan Bani Umayah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di Shiffin dan terbunuhnya Khalifah Ali saja, melainkan merupakan hasil akhir dari peristiwa-peristiwa politik yang dihadapinya dan karir politiknya yang cukup cemerlang.<br /><br /> Jika dirunut secara kronologis, keberhasilan Muawiyah dilatar-belakangi oleh beberapa faktor dan peristiwa politik sebagai berikut.<br /><span class="fullpost"><br /><i>Pertama</i>, sejak masa kekhalifahan Umar bin al-Khattab, kepribadian dan kematangan karir politiknya sudah nampak. Pada masa itu, ia diangkat menjadi gubernur Syam menggantikan Abu Ubaidah dan saudaranya, Yazid bin Muawiyah, yang meninggal dunia akibat serangan wabah penyakit yang sangat ganas. Kepercayaan Umar terhadap kematangan politik Muawiyah ini begitu nampak sejak awal pengangkatan dirinya. Pada saat itu, sebenarnya Umar mengangkat dua orang menjadi pejabat negeri Syam; Syurahbil bin Hasanah dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Tetapi ketika ia sampai di daerah Jabiah, Syurahbil dipecat dari jabatannya. Ketika itu, Umar menyampaikan khutbahnya, “Saudara-saudara! Saya tidak memecat Syurahbil karena benci. Tetapi saya menginginkan orang yang kuat”. Menurut catatan Haekal (2001: 372), Syurahbil ini adalah seorang jenderal yang pandai mengatur strategi dan menjebak musuh, tetapi dia bukan seorang politikus yang tahu bagaimana mengatur rakyat sesuai dengan tujuan. Kebalikannya Muawiyah, dengan usianya yang masih muda, dia adalah politikus berpengalaman, dia tahu segala liku-liku persoalan. Karena itu, kedudukan Muawiyah sebagai gubernur ini terus bertahan hingga kekhalifahan Usman bin Affan dan awal kekhalifahan Ali bin Abu Thalib.<br /><br /> <i>Kedua</i>, pada awal pemerintahan Ali bin Abu Thalib, Muawiyah diminta untuk meletakkan jabatan, tetapi ia menolaknya. Bahkan ia tidak mengakui kekhalifahan Ali dan memanfaatkan peristiwa berdarah yang menimpa Usman bin Affan untuk menjatuhkan legalitas kekuasaan Ali dengan membangkitkan kemarahan rakyat dan menuduh Ali sebagai orang yang mendalangi pembunuhan Usman, jika Ali tidak dapat menemukan dan menghukum pembunuh yang sesungguhnya. (Mufrodi, 1997: 65)<br /><br /> <i>Ketiga</i>, desakan Muawiyah tersebut mengakibatkan terjadinya pertempuran sengit antara pihaknya dan pihak Ali sebagai khalifah di kota tua Shiffin yang berakhir dengan proses tahkim (arbitrase) pada tahun 37 H. Dalam pertempuran yang memakan waktu berhari-hari ini, menurut catatan al-Thabari (V/48), sebenarnya pihak Muawiyah sudah terdesak dan merasa khawatir akan kalah. Pada saat inilah timbul gagasan dari ‘Amr bin al-‘Ash untuk menghentikan perang sementara dengan cara mengangkat mushaf al-Quran. Gagasan ini disambut baik oleh Muawiyah. Peristiwa ini kemudian berlanjut pada terjadinya perundingan damai melalui proses tahkim.<br /><br /> Pihak Muawiyah bersama penduduk Syam sepakat menunjuk ‘Amr bin al-‘Ash sebagai wakil bagi perundingan tersebut. Sedangkan pihak Ali bin Abu Thalib, atas usulan dari al-Asy’as, Zaid bin Hushain at-Thai, dan Mis’ar bin Fadaki, diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari. Sebenarnya Ali sendiri tidak menyetujui usulan dari tiga orang tersebut karena ia memandang Abu Musa lemah dalam diplomasi. Ali lebih setuju menunjuk al-Asytar. Akan tetapi ketiga orang ini, dengan mengajukan usulan ini ke pasukan Ali, tetap memaksakan Abu Musa dan tidak menerima yang lain. Ali pun akhirnya berkata kepada mereka, “Sungguh kalian menolak selain Abu Musa?!”. “Ya,” jawab mereka. Kata Ali, “Kalau begitu, lakukanlah apa yang kalian kehendaki!”. (Al-Thabari, 5/51)<br /><br /> Setelah kedua belah pihak menyepakati wakilnya masing-masing, mereka pun menulis surat kesepakatan yang dihadiri oleh para saksi dari kedua belah pihak. Inti dari kesepakatan yang dibuat pada bulan Shafar tahun 37 H ini adalah gencatan senjata dan akan bertemu kembali dalam sebuah perundingan pada bulan Ramadhan di Dumatul Jandal wilayah Adzruh.<br /><br /> Pasukan ini kemudian berpencar. Muawiyah kembali ke Syam, sedangkan Ali kembali ke Kufah. Namun sebagian dari pasukan Ali akhirnya ada yang tidak menyetujui proses tahkim ini walaupun sebelumnya mereka sangat bersemangat dan mendesak Ali untuk melakukan tahkim tersebut. Mereka pun keluar dari barisan Ali dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan kaum Khawarij. Mereka membuat basis pasukan di Harura yang dipimpin oleh Abdullah bin Wahab.<br /><br /> Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, pada bulan Ramadhan , kedua belah pihak bertemu lagi di Dumatul Jandal disertai pasukannya masing-masing sebanyak 400 orang. Dalam pertemuan ini, ‘Amr bin al-‘Ash dan Abu Musa al-Asy’ari berunding untuk menentukan khalifah. ‘Amr mengajukan Muawiyah, tetapi ditolak oleh Abu Musa. Kemudian ia menawarkan anaknya, Abu Musa pun menolaknya. Lalu Abu Musa mengajukan Abdullah bin Umar, tetapi ‘Amr menolaknya. Akhirnya Abu Musa mengusulkan agar Muawiyah dan Ali dilepas jabatannya terlebih dahulu dan penyelesaian akan diserahkan kepada musyawarah umat secara umum. ‘Amr bin al-‘Ash menyetujuinya.<br />Setelah bersepakat, keduanya menghadap kepada dua pasukan ini. Lalu ‘Amr meminta Abu Musa untuk menyampaikan kesepakatan itu lebih dulu dengan alasan ia lebih senior. Pada saat ini, Binu Abbas sudah merasa ada unsur tipu muslihat dari pihak ‘Amr. Dia pun menyarankan kepada Abu Musa agar ‘Amr yang lebih dulu menyampaikan kesepakatan keduanya. Tetapi Abu Musa tidak menghiraukan saran Binu Abbas.<br /><br />Setelah Abu Musa menyampaikan isi kesepakatan itu, ‘Amr bin al-‘Ash tampil dan menyampaikan pidatonya. Ia mengatakan, “Sesungguhnya masalah ini, sebagaimana kalian dengar darinya tadi, dan ia telah melepas jabatan sahabatnya. Aku pun melepas jabatan sahabatnya sebagaimana ia melakukannya. Dan sekarang, aku menetapkan sahabatku, Muawiyah, karena dia termasuk walinya Usman bin Affan dan yang menuntut hukuman bagi pembunuh Usman, serta ia termasuk orang yang lebih berhak menduduki jabatan ini”. Mendengar pidato ini, Abu Musa pun marah. Lalu keduanya saling mencaci maki. Syuraih bin Hani, dari pihak Ali, mengangkat cemetinya dan mencambuk ‘Amr bin al-‘Ash. Putra ‘Amr membalasnya. Kemudian orang-orang berdiri dan memisahkannya, lalu mereka pun berpencar dengan membawa keputusan yang merugikan sebelah pihak ini.<br /><br />Menurut catatan Ibnu Katsir (1988:7/314), pada saat kejadian ini ‘Amr memandang bahwa meninggalkan manusia tanpa imam, sedangkan kondisi umat seperti ini (chaos) akan membawa pada mafsadat yang berkepanjangan dan memperuncing perselisihan di antara mereka. Maka ia pun menetapkan Muawiyah demi kemaslahatan umat. Tetapi ini adalah ijtihad, sementara ijtihad itu bisa jadi benar atau bisa juga salah. <i>Wallahu a’lam.<br /><br />Keempat</i>, seusai proses tahkim, lama kelamaan pasukan Ali terus berkurang dan melemah. Kelompok Khawarij yang berjumlah sekitar 12.000 orang turut serta merepotkan Ali. Wilayah kekuasaannya pun terus digerogoti oleh pasukan Muawiyah. Sementara kekuatan Muawiyah semakin kokoh. Dia mendapat dukungan yang kuat dari rakyat Syam dan keluarga Bani Umayah.<br /><br />Kelompok Khawarij, walaupun Ali sudah beberapa kali mencoba untuk membujuk mereka agar bertobat dan kembali kepada barisan Ali, terus menerus menyimpan kekesalannya. Hingga akhirnya, mereka bersepakat untuk membunuh tiga orang yang langsung terlibat dalam proses tahkim; Ali, Muawiyah, dan ‘Amr bin al-‘Ash. Tetapi usaha pembunuhan itu hanya berhasil membunuh Ali. Sedangkan Muawiyah dan ‘Amr bin al-‘Ash selamat. Pada tanggal 17 Ramadhan 40 H (660 M), Ali ditikam oleh seorang anggota Khawarij yang bernama Binu Muljam dan meninggal dunia pada tanggal 20 Ramadhan 40 H.<br />Pada tahun ini, warga Kufah membaiat al-Hasan untuk menggantikan posisi ayahnya. Al-Hasan pun menerima baiat dari mereka. Tetapi tidak lama kemudian, dengan kegamangan hati mereka, mereka pun tidak sanggup menghadapi pasukan Muawiyah. Akhirnya al-Hasan mengajukan posisinya kepada Muawiyah melalui perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik di bawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (‘am al-jama’ah). (Yatim, 1993: 40)<br /><br /><i>Kelima</i>, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”. Sifat hilm, menurut Eaton (2005: 252), adalah sifat kasih sayang terhadap musuh dan kesiapan untuk menerima perbedaan. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi. (Mufrodi, 1997: 71)<br /><br />Selain itu, sebagai seorang administrator, Muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus, yaitu ‘Amr bin al-‘Ash, Mughirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin Abihi. Ketiga pembantu ini dengan Muawiyah merupakan empat politikus yang sangat mengagumkan di kalangan muslim Arab. (Watt, 1990: 19)<br /><br />‘Amr bin al-‘Ash dikenang sebagai penakluk Mesir pada masa Umar bin al-Khattab dan menjabat gubernur pertama di wilayah itu. Sejak wafatnya Khalifah Usman, ‘Amr mendukung Muawiyah dan ditunjuk olehnya sebagai penengah dalam peristiwa tahkim karena kecerdikannya dalam diplomasi. Sayang hanya dua tahun ia mendampingi kekhalifahan Muawiyah. Sedangkan Mughirah adalah seorang politikus independent. Karena keterampilan politiknya yang besar, Muawiyah mengangkatnya menjadi gubernur di Kufah yang meliputi wilayah Persia bagian utara, suatu jabatan yang pernah dipegangnya kira-kira satu atau dua tahun semasa pemerintahan Umar. Keberhasilan Mughirah yang utama adalah kesuksesannya menciptakan situasi yang aman dan mampu meredam gejolak penduduk Kufah yang sebagian besar pendukung Ali. Adapun Ziyad bin Abihi merupakan pemimpin kharismatik yang netral, ditetapkan oleh Muawiyah untuk memangku kursi gubernur di Basrah dengan tugas khusus di Persia Selatan. Sikap politiknya yang tegas, adil, dan bijaksana menjamin kekuasaan Muawiyah langgeng di wilayah propinsi paling timur itu yang dikenal sangat gaduh dan dukar diatur. (Mufrodi, 1997: 71)<br /><br /><b>2. Sistem Pemerintahan</b><br /><br />Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayah ini, sistem pemerintahan Islam yang dulunya bersifat demokrasi berubah menjadi monarki heredetis (kerajaan turun temurun). Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. (Binu Taimiyah, 1951: 42)<br /><br />Perintah ini tentu saja memberikan sinyal awal bahwa kesetiaan terhadap Yazid merupakan bentuk pengokohan terhadap sistem pemerintahan yang turun temurun telah coba dibangun oleh Muawiyah. Tidak ada lagi suksesi kepemimpinan berdasarkan asas musyawarah (syuro) dalam menentukan seorang pemimpin baru. Muawiyah telah merubah model kekuasaan dengan model kerajaan yang membenarkan regenerasi kekuasaan dengan cara memberikan kepada putera mahkota. Orang-orang yang berada di luar garis keturunan Muawiyah, secara substansial tidak memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk memimpin pemerintah umat Islam, karena sistem dinasti hanya membenarkan satu kebenaran bahwa suksesi hanya bisa diberikan kepada keturunan dalam dinasti tersebut. (Suhaidi, <a href="http://deemuhammad.blogspot.com">deemuhammad</a>)<br /><br />Tradisi bentuk khilafah konfederasi yang dicanangkan oleh Rasulullah pada tahun 622 M (awal periode Madinah), terus berlanjut hingga masa Dinasti Umayah sejak tahun 661 M. Bedanya, Rasulullah menerapkan bentuk konfederasi kabilah, sedangkan Dinasti Umayah menerapkan konfederasi propinsi. Untuk menangani banyaknya propinsi yang ada, maka khalifah ketika itu, Muawiyah bin Abu Sofyan, mencoba menggabung beberapa wilayah menjadi satu propinsi. Wilayah-wilayah ini terus berkembang sejalan dengan keberhasilan program futuhat (ekspansi). Setiap gubernur memilih amir atas jajahan yang berada dalam kekuasaannya, dan para amir tersebut bertanggung jawab langsung kepada khalifah. Konsekuensinya, para amir berfungsi sebagai khalifah di daerah. Nilai politis kebijakan ini adalah upaya sentralisasi wilayah kekuasaan, mengingat potensi daerah-daerah tersebut dalam menopang jalannya pemerintahan, baik dari sudut pandang ekonomi, maupun keamanan dan pertahanan nasional. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, gubernur mempunyai wewenang penuh dalam hal administrasi politik dan militer dalam propinsinya, namun penghasilan daerah ditangani oleh pejabat tertentu (sahib al-kharaj) yang mempunyai tanggung jawab langsung pada khalifah.<br /><br />Dari segi cara hidup, para khalifah Dinasti Umayah telah meninggalkan pola dan cara hidup Nabi Muhammad Saw dan al-Khulafa al-Rasyidun. Mereka menjaga jarak dengan masyarakat, dengan tinggal di istana yang dikelilingi oleh para pengawal. Baitul Mal yang selama masa pemerintahan sebelumnya difungsikan sebagai dana swadaya masyarakat yang difungsikan untuk kepentingan rakyat, pada masa Umayah telah berubah fungsi, kecuali ketika pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, kas negara adalah milik penguasa dan keluarganya. Rakyat hanya wajib untuk menyetor pajak tanpa mempunyai hak menanyakan penggunaannya. Pada masa ini pajak negara dialihkan menjadi harta pribadi para khalifah. Pendapatan pajak diperoleh dari, pajak tanah, jizyah, zakat, cukai dan pajak pembelian, upeti yang harus dibayar menurut perjanjian, seperlima ghonimah, fai’, impor tambahan hasil bumi, hadiah festival, dan upeti anak dari bangsa barbar. (Manshur, <i>Humaniora</i>: VI)<br /><br /><b>3. Para Khalifah dan Pertumbuhan Kekuasaan</b><br /><br />Dinasti Umayah sebenarnya terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Bani Umayah I dari tahun 41 – 132 H dan periode Bani Umayah II yang dimulai pada tahun 138 H. Bani Umayah I dimulai oleh Muawiyah bin Abu Sufyan dan ditutup oleh Marwan bin Muhammad. Sedangkan Bani Umayah II di Andalusia dimulai oleh Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan yang dikenal dengan gelar ad-Dakhil dan diakhiri oleh Hisyam bin Muhammad bin Abdul Malik yang dikenal dengan gelar al-Mu’tamad. <br />Di antara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa di dalam berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamannya, sebaliknya ada pula yang tidak patut dan lemah. <br /><br />Adapun urutan-urutan khalifah Umayah I adalah sebagai berikut.<br /><br />1. Muawiyah I bin Abi Sufyan (41-60H/661-680M)<br />2. Yazid bin Muawiyah (60-64H/680-683M)<br />3. Muawiyah II bin Yazid (64H/683-683M)<br />4. Marwan bin Hakam (64H/684M)<br />5. Abdul Malik bin Marwan (65-86H/685-705M) <br />6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96H/705-715M)<br />7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/715-717M)<br />8. Umar bin Abdul Aziz (99-101H/717-720M)<br />9. Yazid bin Abdul Malik (101-105H/720-724M)<br />10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/724-743M)<br />11. Al-Walid II bin Yazid (125-126H/743-744M)<br />12. Ibrahim bin al-Walid(126-127H/744M)<br />13. Marwan II bin Muhammad (127-132H/744-750M)<br /><br />Peralihan kekuasaan awal dari Muawiyah kepada putranya Yazid bin Muawiyah mengundang masalah dari beberapa pihak. Mengenai awal mula pengangkatan Yazid ada dua riwayat yang menerangkannya. Pertama, riwayat Hasan al-Bashri menyatakan, saat Mughirah bin Syu’bah menjadi gubernur di Kufah, Muawiyah menulis surat kepadanya: “Jika kamu selesai membaca surat ini, menghadaplah kepada saya, kamu akan saya pecat”. Al-Mughirah tidak segera menghadap Muawiyah. Maka tatkala ia menghadap, Muawiyah berkata, “Apa yang menyebabkanmu datang terlambat?” Al-Mughirah berkata, “Saya membereskan satu perkara yang telah saya persiapkan sejak lalu”. Muawiyah berkata, “Perkara apakah yang kamu maksud?” Al-Mughirah menyambung, “Saya membereskan baiat orang-orang Kufah untuk Yazid”. “Apakah telah kamu lakukan itu?” tanya Muawiyah. “Ya!” kata al-Mughirah. Muawiyah berkata, “Jika itu penyebabnya, maka kembalilah, saya kembalikan kamu kepada kedudukanmu”. Kedua, riwayat Binu Sirin menegaskan bahwa ketika ‘Amr bin Hazm datang menemui Muawiyah, dia berkata, “Saya ingatkan kepadamu tentang umat Muhammad, siapa yang akan kau jadikan sebagai penggantimu sebagai khalifah?” Muawiyah berkata, “Kau telah menasihatiku dan kau telah mengatakan pendapatmu. Sesungguhnya tidak ada lagi kecuali anakku dan anak-anak mereka. Namun anakku jauh lebih berhak untuk memangku khilafah”. (Al-Suyuthi, 2001: 243-244)<br /><br />Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadab Bani Umayah dimulai oleh Husein bin Ali yang berakhir dengan syahidnya Husein di Karbala.<br /><br /> Setelah Yazid wafat, pemerintahan digantikan oleh Muawiyah II bin Yazid. Namun, Muawiyah II tidak sanggup memerintah dan menyerahkan kepemimpinannya kepada Marwan bin Hakam. Akan tetapi, Marwan hanya memerintah selama 9 bulan dan mengundurkan diri karena tidak bisa menghadapi pergolakan politik yang terjadi. Suasana kerajaan bisa dipulihkan setelah kekhalifahan dipegang oleh Abdul Malik bin Marwan, tepatnya ketika gerakan yang dipimpin oleh Abdullah bin Zubeir berhasil ditumpas.<br /><br />Kejayaan Bani Umayah semakin menonjol setelah dipimpin oleh Al-Walid bin Abdul Malik, yaitu tahun 705-715 M. Pada masanya, Bani Umayah mampu memperluas wilayah kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara, hingga Maroko, dan Andalusia. Pada masa ini perluasan wilayah Islam meliputi sebagai berikut:<br /><br />a. Wilayah kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota Konstantinopel serta perluasan ke beberapa pulau di Laut Tengah.<br />b. Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat Jabal Thariq (Selat Gibraltar).<br />c. Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria).<br />Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) hubungan pemerintah dengan golongan oposisi mulai membaik. Ketika dinobatkan sebagai khalifah, beliau menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak lebih ringan dan kedudukan Mawali disejajarkan dengan muslim Arab.<br /><br />Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, kekuasaan Bani Umayah berada di bawah khalifah Yazid bin Abdul Malik (720- 724 M). Penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul Malik. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan dinasti Umayah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam bin Abdul Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya. <br /><br />Sepeninggal Hisyam bin Abdul Malik, khalifah-khalifah Bani Umayah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayah, melarikan diri ke Mesir. Ia ditangkap dan dibunuh di sana.<br /><br /><b>4. Kemunduran Bani Umayah</b><br /><br />Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayah menjadi lemah, yaitu sebagai berikut.<br /><br />1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.<br />2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.<br />3. Pada masa kekuasaan Bani Umayah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayah.<br />4. Lemahnya pemerintahan Bani Umayah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.<br />5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Bani Umayah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abdul Muthallib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawali yang merasa dikelas-duakan oleh pemerintahan Bani Umayah.<br />6. Kaum Mawali yang tidak mendapatkan posisi strategis di pemerintahan turut menggerogoti kepemimpinan Bani Umayah.<br />7. Sikap antipati ulama terhadap kehidupan mewah keluarga kerajaan.<br /><br /><b>B. Perkembangan Peradaban Masa Bani Umayah</b><br />Pada masa pemerintahan Muawiyah, konsolidasi internal mulai dilakukan. Tujuannya adalah untuk memperkokoh barisan dalam rangka pertahanan dan keamanan dalam negeri, antisipasi atas setiap gerakan pemberontak, dan untuk memperlancar program futuhat. Ada lima diwan (lembaga) yang menopang suksesnya konsolidasi yang dilakukan, yakni: Diwan al-Jund (Urusan Kemiliteran), Diwan ar-Rasail (Urusan Administrasi dan Surat), Diwan al-Barid (Urusan Pos), Diwan al-Kharaj (Urusan Keuangan), dan Diwan al-Khatam (Urusan Dokumentasi). (El-Hermawan)<br /><br />Dari segi organisasi militer, pada masa dinasti ini bangsa Arab telah mencapai perkembangan yang cukup signifikan. Jumlah tentara ketika pemerintahan berada di bawah kekuasan Muawiyah berjumlah 60.000 orang, dengan anggaran sebesar 60 juta dirham. Setelah penaklukan Bizantium, angkatan perang Umayah didata dalam sebuah organisasi yang cukup besar. Satu divisi terdiri dari 5 corp, dua corp untuk barisan depan, satu corp untuk barisan tengah, dan dua corp lagi adalah untuk barisan belakang. Organisasi ini masih terus berlangsung hingga akhir pemerintahan Marwan bin Muhammad. Ia menghapus organisasi ini dan mengenalkan susunan tentara yang disebut kurdus. Para tentara dilengkapi dengan senjata canggih pada masa itu, seperti peluru yang digerakkan dengan roket.<br /><br />Dari berbagai periode pemerintahan Dinasti Umayah, penaklukan merupakan program utama pemerintah yang sudah mentradisi, kecuali pada periode Umar bin Abdul Aziz. Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Penaklukan tersebut erat kaitannya dengan kondisi angkatan darat dan laut yang tangguh dan sistem administrasi yang mapan, rapi, dan komplit. <br /><br />Konsekuensinya, segala kebijakan pemerintah menentukan berhasil tidaknya penaklukan. Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.<br /><br />Di samping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Semasa Bani Umayah berkuasa, banyak institusi politik dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan, dewan menteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro serta penasihat khusus di bidang politik. Dalam tatanan ekonomi dan keuangan juga dibentuk jawatan ekspor dan impor, badan urusan logistik, lembaga sejenis perbankan, dan badan pertanahan negara. Sedang dalam tatanan teknologi, dinasti ini telah mampu menciptakan senjata-senjata perang yang canggih pada masanya, sarana transportasi darat maupun laut, sistem pertanian maupun pengairan. (Thohir, tt: 37)<br /><br />Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Lambang negara yang sebelumnya tidak pernah dibuat oleh Al-Khulafaur Rasyidin, mulai dibuat pada masa ini. Ia menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya, yang menjadi ciri khas kerajaan Umayah.<br />Khalifah Adul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Ia juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. <br /><br />Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705- 715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.<br />Selain melakukan perbaikan di berbagai bidang seperti yang telah disebutkan di atas, dinasti Umayah juga melakukan perubahan dalam beberapa bidang sebagai berikut.<br /><br /><big>a. Bidang Sosial</big><br />Pada masa dinasti ini, stratifikasi sosial mulai dikenal. Rakyat imperium Arab terbagi kedalam empat golongan. Golongan pertama merupakan golongan yang terdiri atas kaum muslimin yang memegang kekuasaan dan dikepali oleh anggota istana serta kaum ningrat dari penakluk arab. Golongan kedua merupakan golongan neomuslim, baik dengan atas kemauan sendiri maupun paksaan. Golongan ketiga merupakan kaum non muslim yang mengikat perjanjian dengan kaum muslim. Golongan keempat merupakan golongan budak yang merupakan golongan terendah. <br /><br />Meskipun sistem pemerintahan tidak berjalan demokratis, namun kondisi sosial pada masa dinasti Umayah tetap damai dan adil. Kebebasan memeluk agama pun dijamin. Di antara usaha positif yang dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayah dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistem pemerintahan dan menata administrasi yang bertugas mengurusi masalah keuangan negara yang dipergunakan untuk:<br /><br />1. Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha negara.<br />2. Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.<br />3. Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang<br />4. Perlengkapan perang. (Fauzi, imronfauzi.wordpress.com)<br /><br />Di samping usaha tersebut daulah Bani Umayah memberikan hak dan perlindungan kepada warga negara yang berada di bawah pengawasan dan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari kesewenang-wenangan. Oleh karena itu, daulah ini membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh seorang ketua hakim (Qadli). Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkara dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi. selain itu, kehakiman ini belum terpengaruh atau dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan politik.<br /><br /><big>b. Bidang Pendidikan</big><br />Nampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayah ini hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin. Para Khulafa agaknya kurang memperhatikan bidang pendidikan, sehingga perkembangannya pun kurang maksimal. Meskipun demikian, dalam bidang ini, dinasti Umayah memberikan andil yang cukup signifikan bagi perkembangan budaya Arab pada masa sesudahnya, terutama dalam pengembangan ilmu-ilmu agama Islam, sastra, dan filsafat.<br /><br />Bila dibandingkan dengan masa Khulafa Ar-Rasyidin, pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayah telah mengalami perkembangan. Hal ini ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di tempat-tempat yang telah disediakan untuk kegiatan tersebut. Materi yang diajarkan bertingkat-tingkat dan bermacam-macam, di mana kurikulumnya telah disesuaikan dengan tingkatannya masing-masing. Metode pengajarannya pun tidak sama sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuwan dalam berbagai bidang tertentu.<br /><br />Tempat-tempat yang telah disediakan demi perkembangan pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayah ada tiga yaitu: Kuttab, Mesjid, dan Majelis Sastra. Kuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam. (Yunus, 1981: 39)<br /><br />Setelah pelajaran anak-anak di kuttab selesai mereka melanjutkan pendidikan yang dilakukan di mesjid. Pada Dinasti Umayah ini, pendidikan yang dilaksanakan di mesjid terdiri dari dua tingkat yaitu: tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalah ulama yang ilmunya mendalam dan masyhur kealiman serta keahliannya. Sedangkan majelis sastra merupakan balai pertemuan untuk membahas masalah kesusasteraan dan juga sebagai tempat berdiskusi mengenai urusan politik yang disiapkan oleh khalifah yang dihiasi dengan hiasan yang indah dan hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka.<br /><br /><big>c. Bidang Seni</big><br />Pada masa Daulah Bani Umayah ini bidang seni juga mengalami perkembangan, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, dan seni bangunan (arsitektur). Dalam bidang arsitektur, peran khalifah sangat menonjol. Merka sangat menyokong perkembangan seni ini seperti menara yang diperkenalkan oleh Muawiyah. Kubah as-Sakhra di Yerussalem yang dibangun oleh Abdul Malik pada tahun 691, merupakan salah satu contoh hasil karya arsitek muslim zaman permulaan yang paling cantik. Bangunan ini merupakan masjid yang pertama kali ditutup dengan kubah. Pada sekitar abad VII Walid bin Abdul Malik membangun masjid agung di Syiria berdasarkan nama-nama penguasa Dinasti Umayah. Dengan demikian, perkembangan arsitektur mencapai puncaknya pada bentuk dan arsitektur masjid-masjid.<br /><br /><big>d. Ilmu Pengetahuan</big><br />Pada masa dinasti ini, tepatnya pada paruh terakhir dinasti Umayyah, cabang-cabang ilmu baru yang sebelumnya belum pernah diajarkan dalam dunia Islam mulai diajarkan seperti tata bahasa, sejarah, geografi dan lain-lain. Pada masa Umayyah, ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu :<br /><br />1. Al-Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an, Hadis, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi), Al-Ulumul Dakhiliyah (ilmu yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia dan Romawi ;<br />2. Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah ada pasa zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah, syair, khitabah dan amtsal. (Suhaidi, http://deemuhammad.blogspot.com )<br />Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini dimulainya penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa Arab, seperti yang dilakukan oleh Khalid bin Yazid bin Muawiyah. Ia merupakan seorang orator dan penyair yang berpikiran tajam. Ia pula orang yang pertama kali menerjemahkan ilmu pengetahuan Yunani ke dalam Bahasa Arab, seperti astronomi, kedokteran dan kimia. Bahkan ia memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kimia dan kedokteran serta mengarang beberapa buku dalam bidang tersebut. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, sekolah kedokteran yang pada awalnya berada di Alexandria dipindahkan ke Antokia. Di bawah pemerintahannya karya Yunani banyak yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab.<br />Pada masa ini pula ilmu tafsir dan tafsir al-qur’an mulai berkembang dengan pesat. Ilmu tafsir memiliki letak yang strategis, di samping karena faktor luasnya kawasan Islam ke beberapa daerah luar Arab yang membawa konsekuensi lemahnya rasa seni sastra Arab, juga karena banyaknya yang masuk Islam. Hal ini menyebabkan pencemaran bahasa Al-Quran dan makna Al-Quran yang digunakan untuk kepentingan golongan tertentu. Pencemaran Al-Quran juga disebabkan oleh faktor intervensi yang didasarkan kepada kisah-kisah Israiliyyat. Karena tuntutan untuk mempelajari dan menafsirkan al-Qur'an itulah, dua jenis ilmu pengetahuan yakni filologi dan leksikografi mendapatkan perhatian oleh banyak orang. (Manshur, Humaniora: VI)<br />Selain ilmu tafsir, ilmu hadis juga mendapatkan perhatian serius. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memerintah hanya dua tahun 717-720 M pernah mengirim surat kepada Abu Bakar bin Amir dan kepada ulama yang lain untuk menuliskan dan mengumpulkan hadis-hadis, namun hingga akhir pemerintahannya hal itu tidak terlaksana. Sungguhpun demikian pemerintahan Umar bin Abdul Aziz telah melahirkan metode pendidikan alternatif, yakni para ulama mencari hadis ke berbagai tempat dan orang yang dianggap mengetahuinya yang kemudian dikenal dengan metode Rihlah. Pada masa dinasti inilah, kitab tentang ilmu hadis sudah mulai dikarang oleh para ulama muslim. Beberapa ulama hadis yang terkenal pada masa itu antara lain adalah Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu Abi Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky), Al-Auza’i Abdurrahman bin Amr, Hasan Basri as-Sya’bi. <br /><br />Di bidang fiqh secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu aliran ahli al-Ra’y dan aliran ahli hadis, kelompok aliran pertama ini mengembangkan hukum Islam dengan menggunakan analogi atau Qiyas, sedangkan aliran yang kedua lebih berpegang pada dalil-dalil, bahkan aliran ini tidak akan memberikan fatwa jika tidak ada ayat Al-Quran dan hadis yang menerangkannya. Nampaknya disiplin ilmu fiqh menunjukkan perkembangan yang sangat berarti. Melalui periode ini lahirlah sejumlah mujtahid fiqh. Terbukti ketika akhir masa Umayah telah lahir tokoh mazhab yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik bin Anas di Madinah, sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal lahir pada masa Abbasyiyah. (Chalil, 1989: 23)<br /></div><br /><div style="text-align: center;"><br /><b><big>DAFTAR PUSTAKA</b></big><br /></div><br /><b>Al-Thabari</b>, Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir. <i>Tarikh al-Thabari: Tarikh al-Rusul wa al-Muluk</i>. Dar al-Ma’arif.<br /><b>Al-Suyuthi</b>. 2001. <i>Tarikh Khulafa: Sejarah Para Penguasa Islam (Terjemah dari Tarikh al-Khulafa)</i>. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.<br /><b>Chalil</b>, Munawar. 1989. <i>Empat Biografi Imam Mazhab</i>. Jakarta: Bulan Bintang.<br /><b>Eaton</b>, Charles Le Gai. 2005. <i>Menghampiri Islam: Mata Baru Menumbuhkan Iman Autentik-Progresif (Terjemah dari Islam and The Destiny of Man)</i>. Jakarta: Serambi Ilmu.<br /><b>El-Hermawan</b>, Hermain. <i>Dinasti Umayyah: Perkembangan Politik</i>. Forum Kajian Islam Strategis Sumatra Utara<br /><b>Fauzi</b>, Imron. <i>Sistem Sosial Budaya dan Model Pemerintahan Pada Masa Bani Umayyah</i>. imronfauzi.wordpress.com<br /><b>Haekal</b>, Muhammad Husein. <i>Umar bin al-Khattab</i>. Jakarta: Litera Antar Nusa.<br /><b>Ibnu Katsir</b>, Abu al-Fida Ismail ibn Umar. 1988. <i>Al-Bidayah wa al-Nihayah</i>. Dar Ihya al-Turats al-Araby.<br /><b>Ibnu Taimiyah</b>, Taqiyuddin. 1951. <i>As-Syiyasah As-Syar’iyah fi Islah Ar-Ra’iyah</i>. Mesir: Darul Kitab al-Gharbi.<br /><b>Manshur</b>, Fadlil Munawwar. <i>Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya Arab Pada Masa Dinasti Umayyah</i>, dalam Majalah Humaniora, Volume VI<br /><b>Mufrodi</b>, Ali. 1997. <i>Islam di Kawasan Kebudayaan Arab</i>. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.<br /><b>Suhaidi RB</b>, Mohammad. <i>Dinasti Bani Umayyah : Perkembangan Politik, Gerakan Oposisi, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kejatuhan Dinasti</i>, http://deemuhammad.blogspot.com<br /><b>Thohir</b>, Ajid. <i>Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam</i>. Jakarta: Rajawali Pers.<br /><b>Watt</b>, W. Montgomery. 1990. <i>Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis (Terjemah dari The Majesty that was Islam)</i>. Yogyakarta: Tiara Wacana.<br /><b>Yatim</b>, Badri. 1993. <i>Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II</i>. Jakarta: Rajawali Pers.<br />Yunus, Mahmud. 1981. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hida Karya Agung.<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-3452283437840194742010-10-30T00:11:00.001+07:002010-10-30T00:13:01.422+07:00AriestotelesAriestotles adalah murid Plato.<br /><br /><i>teruskeuneun.....</i><br /><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-17999968268987696622010-10-30T00:09:00.002+07:002010-10-30T00:11:46.806+07:00Pengertian Ilmu Pendidikan IslamMenurut M. Natsir,<br />Menurut Yusuf Qardhawy,<br />Menurut Hassan Langgulung,<br /><br />(can beres nulisna)<br /><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-50451910559797271322010-10-23T22:34:00.000+07:002010-10-23T22:35:02.871+07:00TASAWUFApa makna tasawuf itu?<br /><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-69302453809376912332010-10-23T22:29:00.002+07:002010-10-23T22:34:28.368+07:00Dakwah di Mekah dan MadinahPeriode dakwah Rasulullah Saw terdiri dari periode Mekah dan periode Madinah. Dua periode ini memiliki keistimewaan masing-masing.<br /><br />Periode Mekah merupakan periode pembinaan.<br /><br />Adapun periode Madinah adalah periode pengembangan dan perluasan.<br /><br /><i>Pertanyaan</i><br />Seringkali ada pertanyaan, "Apakah ketika di Mekah, syariat shalat sudah diwahyukan?".<br /><br /><b>Asas Peradaban</b><br />Peradaban di dua periode ini lebih bertitik tolak pada "nilai-nilai normatif", bukan pada benda-benda material.<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-13198218066131797332010-10-23T00:48:00.001+07:002010-10-23T00:49:27.793+07:00KONSEP IBADAH DALAM ISLAMAsas-asas dalam ibadah:<br />1. Shihhat an-Niyyat<br />2. Shihhat al-Kaifiyat<br /><br /><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-85353235617655174622010-10-23T00:45:00.002+07:002010-10-23T00:48:04.477+07:00PLATOGaya berpikir filosofis Plato terkenal dengan pemikirannya tentang "Idea". Dalam hal ini Plato berseberangan dengan kaum Sofis yang mengindikasikan realitas "Kebenaran Relatif". Plato berpandangan pada "Kebenaran Mutlak" dalam konsep Idea tersebut<br /><br /><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-18641669996738426022010-10-16T18:58:00.011+07:002010-10-16T19:58:40.579+07:00 PROSES BIOLOGIS DAN DAMPAK PSIKOLOGIS<a href="http://www.ziddu.com/download/12103535/ProsesBiologisdanDampakPsikologis.doc.html" target="_blank" title="Download sekarang"><img src="http://i631.photobucket.com/albums/uu36/kangyosep/download1-1.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><br /><br /><a href="https://sites.google.com/site/teguhsasmitosdp1/swf/OTAK.swf?attredirects=1" target="_blank">Simulasi Mengenal Anatomi Otak</a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar yaitu usia tujuh tahun ternyata tidak benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Hasil penelitian di bidang neurology yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat (Diktentis, 2003: 1), mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %. Artinya bila pada usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Pada dasawarsa kedua yaitu usia 18 tahun perkembangan jaringan otak telah mencapai 100 %. Karena itu, pada masa anak-anak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan. <a href="http://episentrum.com/artikel-psikologi/pengembangan-kreativitas-anak-melalui-pembelajaran-kelompok-bermain/#more-45" target="_blank">(episentrum.com)</a><br /><br /><span class="fullpost"><br />Otak memiliki fungsi yang sangat penting bagi kita, dunia disekeliling kita menjadi terasa begitu berarti, karena otak yang memberinya arti. Melalui kelima sensasi lewat penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan, dan pengecapan, otak menerima pesan untuk diolah sehingga alat indera kita bisa berfungsi.<br />Adik-adik,…Otak merupakan pusat sistem saraf manusia dan merupakan organ yang paling kompleks. Berat otak manusia dewasa sekitar 1.5 kg, otak pria pada umumnya lebih berat 100 gram dibanding wanita. Otak dilindungi oleh tulang kepala, tenggelam dalam cairan cerebrospinal, yang menjadikannya bantalan terhadap trauma, dan terisolasi dari sirkulasi darah oleh adanya Blood-Brain-Barrier (lapisan pelindung antara otak dan darah). Ini menyebabkan infeksi otak jarang terjadi, dan menjadi sangat serius jika itu terjadi. Jadi Adik-adik, otak kita yang penting ini ternyata dilindungi dengan cara yang sangat spesial,…subhanallah.<a href="http://teguhsasmitosdp1.wordpress.com/2010/09/26/2090/" target="_blank">(Teguh Sasmito)</a><br /><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-32527131260255783132010-10-09T20:26:00.004+07:002010-10-17T19:12:34.587+07:00MEDIA PEMBELAJARAN: Konsep Umum<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_J4Kjvbs7Hr0/TLBuc7fp64I/AAAAAAAAALw/nIBNc1JjT8o/s1600/media.JPG"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 124px; height: 104px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_J4Kjvbs7Hr0/TLBuc7fp64I/AAAAAAAAALw/nIBNc1JjT8o/s320/media.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5526038186069453698" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.<br /><br />Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.<br /><span class="fullpost"><br />Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.<br /><br />Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :<br /><br /> 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.<br /> 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.<br /> 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.<br /> 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan<br /> 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.<br /> 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.<br /> 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.<br /> 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak<br /><br />Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:<br /><br /> 1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik<br /> 2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya<br /> 3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya<br /> 4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.<br /><br />Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.<br /><br />Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.<br /><br />Sumber: <a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/"><big><big><i>Akhmad Sudrajat</big></big></i></a><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-10821845580980106392010-10-09T20:18:00.002+07:002010-10-09T20:25:59.093+07:00PSIKOLOGI Sebagai Ilmu Pengetahuan<div style="text-align: justify;">Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. [1]<br /><br />Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.<br /><br />Sejarah Psikologi<br /><br />Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika. [2]<br /><br /><span class="fullpost"><br />Metode Psikologi<br /><br />Beberapa metodologi dalam psikologi, diantaranya sebagai berikut :<br /><br />a. Metodologi Eksperimental<br /><br />Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen.[3] Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya.<br /><br />b. Observasi Ilmiah<br /><br />Pada observasi ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.<br /><br />c. Sejarah Kehidupan<br /><br />Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.[3]<br /><br />d. Wawancara<br /><br />Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.<br /><br />e. Angket<br /><br />Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki.<br /><br />f. Pemeriksaan Psikologi<br /><br />Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga dengan psikotes Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.[3]<br /><br />Psikologi sebagai ilmu pengetahuan<br /><br />Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.<br /><br />Laboratorium Wundt<br /><br />Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.<br /><br />Berdirinya Aliran Psikoanalisa<br /><br />Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.<br /><br />Fungsi Psikologi sebagai Ilmu<br /><br />* Menjelaskan<br />Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif<br />* Memprediksikan<br />Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, presdiksi atau estimasi<br />* Pengendalian<br />Yaitu mampu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan atau treatment<br /><br />Pendekatan Psikologi<br /><br />Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda – beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu :<br /><br />* Pendekatan Neurobiological<br />Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiological berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.<br />* Pendekatan Perilaku<br />Menurut pendekatan ini tingkah laku pada dasarnya adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau suatu kaitan Stimulus – Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J. B Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti Skinner, dan melahirkkan banyak sub aliran<br />* Pendekatan Kognitif<br />Pendekatan ini menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu ( Organisme ) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Jika dibuatkan model adalah sebagai berikut S – O – R. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang<br />* Pendekatan Psikoanalisa<br />Pendekatan ini dikembangkan oleh Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar dan sewaktu – waktu akan menuntut untuk dipuaskan<br />* Pendekatan Fenomenologi<br />Pendekatan ini lebih memperhatikan pada pengalaman subjektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya.Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.<br /><br />Kajian Psikologi<br />Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah :<br /><br />* Psikologi Perkembangan<br />Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor – faktora yang membentuk perilaku seseorang sejaklahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.<br />* Psikologi sosial, mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :<br />1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi belajar, atribusi sifat<br />2. Studi tentang proses proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain lain<br />3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasan, kerjasama, konflik<br />* Psikologi Kepribadian<br />Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.<br />* Psikologi kognitif<br />Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti : Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi<br /><br />Sumber: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi"><b><i>Wikipedia</b></i></a> dan <a href="http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/fungsi-psikologi-sebagai-ilmu"><b><i>dekrizky</b></i></a><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-65308277738666214052010-10-09T19:12:00.004+07:002010-10-09T19:56:30.646+07:00Pengertian Sejarah Peradaban Islam<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_J4Kjvbs7Hr0/TLBlYpaqIRI/AAAAAAAAALo/_nlZ3qTTQc8/s1600/SPI.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 193px; height: 257px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_J4Kjvbs7Hr0/TLBlYpaqIRI/AAAAAAAAALo/_nlZ3qTTQc8/s320/SPI.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5526028216892530962" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /><br /><b><big>1. Pengertian Sejarah</b></big><br /><br />Pengertian sejarah secara etimologis berasal dari kata Arab <i>"syajarah"</i> yang mempunyai arti <i>"pohon"</i>. Maksudnya, pohon kehidupan. Dalam bahasa ilmiyahnya adalah History.<br /><br />Sejarah tersusun dari serangkaian peristiwa pada masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia dan juga sejarah sebagai suatu cara yang dengannya fakta-fakta diseleksi, diubah-ubah, dijabarkan dan dianalisis.<br /><br />Makna sejarah mempunyai 2 konsep :<br /><br /><b>Pertama</b> : konsep sejarah yang memberikan pemahaman akan arti objektif tentang masa lampau.<br /><br /><b>Kedua</b> : sejarah menunjukan maknanya yang subjektif, sebab masa lampau tersebut telah menjadi sebuah kisah atau cerita.<br /><span class="fullpost"><br /><b>A. Karakteristik Sejarah</b><br /><br />Karakteristik sejarah dengan disiplinnya dapat dilihat berdasarkan 3 orientasi:<br /><br />Pertama : sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan manusia pada masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan masa kini.<br /><br />Kedua : sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atau peristiwa-peristiwa masa lampau.<br /><br />Ketiga : sejarah sebagai falsafah yang didasarkan kepada pengetahuan tentang perubahan-perubahan masyarakat. Dengan kata lain, sejarah seperti ini merupakan ilmu tentang proses suatu masyarakat.<br /><br /><b>B. Kegunaan Sejarah</b><br /><br />Sejarah mempunyai arti penting dalam kehidupan, begitu juga sejarah mempunyai beberapa kegunaan, di antara kegunaan sejarah antara lain :<br /><br />Pertama : Untuk kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu bagi kelangsungan hidup.<br /><br />Kedua : sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran dan teladan dari contoh-contoh di masa lampau, sehingga sejarah memberikan azas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup.<br /><br />Ketiga : sejarah berfungsi sebagai sarana pemahaman mengenai hidup dan mati.<br /><br />Dengan begitu pentingnya sejarah dalam kehidupan ini, di dalam al-Qur'an sendiri terdapat beberapa kisah para nabi dan tokoh masa lampau di antaranya:<br /><div style="text-align: center;"><big><big><big><br />لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ<br /></div></big></big></big><br /><i>Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.</i> (QS Yusuf [12]: 111)<br /><div style="text-align: center;"><big><big><big><br />أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ<br /></div></big></big></big><br /><i>Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri</i>. (QS ar-Rum [30]: 9)<br /><br /><b>2. Pengertian Sejarah Peradaban Islam</b><br /><br />Sejarah peradaban islam diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya. Selain itu, Peradaban Islam mempunyai berbagai macam pengertian lain, di antaranya adalah sebagai berikut.<br /><br /><i>Pertama</i> : Sejarah Peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode kekuasaan Islam mulai dari periode Nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.<br /><br /><i>Kedua</i> : Sejarah Peradaban Islam merupakan hasil-hasil yang dicapai oleh ummat Islam dalam lapangan kesusteraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.<br /><br /><i>Ketiga</i> : Sejarah Peradaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.<br /><br /><b>3. Peran dan Fungsi Manusia Sebagai Pembuat Peradaban</b><br /><br />Dalam perspektif Islam manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat peradaban memiliki kedudukan dan peran inti. Kedudukan dan posisi manusia dikisahkan dalam al-Qur'an, di antaranya adalah sebagai berikut.<br /><br /><i>Pertama</i> : manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dan paling utama.<br />Allah berfirman :<br /><div style="text-align: center;"><big><big><big><br />وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً<br /></div></big></big></big><br /><i>Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.</i> (QS Al-Isra [17]: 70)<br /><br />Sebagai konsekwensi logisnya, manusia memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, dalam arti yang seluas-luasnya dan pada dimensi yang beragam yang pada gilirannya merupakan amanat yang harus dipikul.<br /><br />Kedua : guna mengemban tugasnya sebagai mahluk yang dimuliakan Allah, tidak seperti ciptaan Allah yang lain. Semuanya mempunyai tekanan yang sama yaitu agar manusia menggunakan akalnya hanya untuk hal-hal yang positif sesuai dengan fitrah dan panggilan hati nuraninya, dan amatlah tercela bagi orang yang teperdaya oleh hawa nafsu terlepas dari kemanusiaannya dan fitrahnya. Dalam hal ini, al-Qur'an menegaskan :<br /><div style="text-align: center;"><big><big><big><br />وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ<br /><br />فَاعْتَرَفُوا بِذَنبِهِمْ فَسُحْقاً لِّأَصْحَابِ السَّعِيرِ<br /></div></big></big></big><br /><i>Dan mereka berkata, "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".<br />Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.</i>(QS al-Mulk [67]: 10-11)<br /><br /><b>4. Dasar-dasar Kemasyarakatan Dari Rasulullah Saw</b><br /><br />Dasar-dasar peradaban yang diletakkan oleh Rasulullah itu pada umumnya merupakan sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi, politik, yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah.<br /><br />Beberapa asas Islam yang diletakkan oleh Rasulullah di antaranya : <i>Al-Ikha</i> (persaudaraan), <i>Al-Musawa</i> (persamaan), <i>At-Tasamuh</i> (toleransi), <i>At-Tasyawur</i> (musyawarah), <i>At-Ta'awun</i> (tolong menolong), dan <i>Al-'adalah</i>(keadilan).<br /><br />Sumber: <a href="http://hitsuke.blogspot.com/2009/03/pengertian-sejarah-peradaban-islam.html"><i><big>hitsuke.blogspot.com</i></big></a><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-37060296875284674272010-10-09T19:00:00.002+07:002010-10-09T19:11:10.189+07:00Bahasa Inggris di PAI<div style="text-align: justify;"><br /><span style="color: rgb(255, 255, 51);">Mungkin di antara Anda ada yang bertanya-tanya, "Kenapa Bahasa Inggris masuk sebagai mata kuliah di PAI? Padahal tujuan dari PAI sendiri adalah untuk membangun kemampuan secara professional berkaitan dengan peran seseorang sebagai guru PAI (Agama)".<br /><br />Pertanyaan ini sangat wajar timbul dalam benak mahasiswa PAI. Karena itu perlu juga dijelaskan proposisi dari matakuliah ini sebagai upaya penjelasan dalam mendorong semangat belajar mereka. <br /><span class="fullpost"><br />Matakuliah Bahasa Inggris ini di-<i>design</i> bukan hanya untuk membantu mahasiswa dalam meningkatkan <i>skill</i> bahasa Inggris mereka, tetapi melalui kajian teks yang dilakukan setiap pertemuan mereka juga diharapkan memiliki keterampilan yang mumpuni dalam memahami dan menganalisa teks-teks keislaman yang ditulis dalam bahasa Inggris. Karena itu, pendekatan dalam kuliah ini tidak akan bertumpu pada pembahasan <i><b>grammatical struktures</i></b>, tetapi proposional akan ditekankan pada substansi keislaman yang pada akhirnya akan membantu mereka dalam penulisan tugas-tugas, paper bahkan tesis (S2), khususnya ketika bersinggungan dengan teks keislaman yang ditulis dalam bahasa Inggris. <br /><br /></span><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-26509654220773722592010-10-08T22:55:00.006+07:002010-10-08T23:27:05.452+07:00NEGARA ISLAM: AGENDA TERORIS?<div style="text-align: justify;"><br /><span style="color: rgb(255, 255, 51);">Dalam</span> jumpa pers di Markas Besar Polri, Jakarta, Jumat (24/9), Kapolri Jenderal (Pol.) Bambang Hendarso Danuri menyatakan, "Aksi teroris yang dilakukan sejak tahun 2000 hingga kasus terakhir penembakan tiga polisi di Mapolsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumut, tahun 2010 memiliki target mengambil-alih kekuasaan negara untuk menegakkan Negara Islam (Daulah Islam)". (<i>Kompas</i>, 25/9)<br /><br />Inilah yang kemudian menjadi alasan dan pembenaran atas tindakan aparat Densus 88 yang membabi-buta terhadap orang-orang yang disangka pelaku terorisme.<br />Terakhir, bagaimana Densus 88 secara arogan dan kasar menginjak-nginjak tubuh <b>Khairil Ghazali</b> yang sedang menunaikan shalat Maghrib saat Densus yang berjumlah sekitar 30 orang dan bersenjata lengkap menyerbu dan mendobrak rumahnya. Padahal, setidaknya menurut pengakuan keluarganya, tak mungkin Ghazali terlibat kasus terorisme. (<i>Hidayatullah.com</i>, 28/9)<br /><span class="fullpost"><br />Sebelum ini, selama kurun waktu 2000-2010 saja, sebanyak 44 orang yang disangka teroris tewas ditembak aparat. Menurut mantan ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, cara penanganan terorisme ini cenderung meniru cara Amerika Serikat pada masa kepemimpinan George W. Bush, yakni <i>preemptive</i> (tangkap/tembak dulu, urusan belakangan, <i>red</i>). (<i>Antara</i>, 28/9)<br /><br /><b><big>Negara Islam: Agenda Teroris?</big></b><big></big><br />Umat Islam di Indonesia tidak kali ini saja mendengar "narasi" (cerita) yang disampaikan aparat kepolisian dan pihak terkait, bahwa agenda para teroris adalah mendirikan Negara Islam dan menegakkan syariah Islam. Kasus perampokan Bank CIMB di Medan, Sumut, misalnay dianggap sebagai bagian dari rentetan dari agenda teroris untuk mengambil-alih kekuasaan untuk mendirikan Negara Islam (Daulah Islam). <big>Betulkah?</big><br /><br />Untuk menguji kebenaran "narasi" (cerita) atau dugaan di atas, tentu perlu diajukan beberapa pertanyaan. <i>Pertama</i>, benarkah perampokan oleh "para teroris" itu sama dengan mengambil harta <i><b>fa'i</b></i><b></b>?<br /><br /><i>Kedua</i>, bisakah mendirikan Negara Islam ditempuh dengan cara melakukan tindakan teror?<br /><br /><i>Ketiga</i>, mengapa aparat terkesan memaksakan wacana "Negara Islam" sebagai agenda para teroris, kemudian dibangun opini sedemikian rupa tentang bahaya Negara Islam?<br /><br /><b><big>Bukan Harta Fa'i</big></b><big></big><br />Tidak dipungkiri, di tengah-tengah kaum muslimin ada pemahaman agama yang keliru, yang kemudian menjadi dasar untuk melakukan aksi yang juga keliru. Dalam kasus <i>Fa'i</i> (harta rampasan), sebagian kecil kelompok muslim menganggap harta di luar kelompok mereka adalah seperti harta orang kafir, karena mereka berada di luar Negara Islam yang mereka klaim telah berdiri. Logika ini (yang tanpa <i>hujjah</i> yang bisa dipertanggungjawabkan) lalu menjadi pembenaran atas aksi-aksi "kriminal" untuk mengambil harta orang lain di luar kelompok mereka. Inilah kesalahan fatal dalam memahami fakta Fa'i.<br /><br />(Sumber: Buletin AL-ISLAM, Edisi 524)<br /><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-80297876141627994372010-10-08T22:00:00.005+07:002010-10-08T22:31:06.473+07:00SOFISME<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_J4Kjvbs7Hr0/TK82wr6JFlI/AAAAAAAAALQ/AQp0IDdG5aU/s1600/Gorgias.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 219px; height: 320px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_J4Kjvbs7Hr0/TK82wr6JFlI/AAAAAAAAALQ/AQp0IDdG5aU/s320/Gorgias.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5525695477855098450" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><br />Sofisme adalah aliran gerakan pemikiran yang tidak beretika.<br /><br />Sofisme berpijak pada suatu sikap yang berpendapat bahwa kebenaran itu relatif adanya. Disebut demikian karena yang pertama-tama mempraktekkannya adalah kaum sofis, nama suatu kelompok cendekiawan yang mahir berpidato pada zaman Yunani kuno. Mereka selalu berusaha mempengaruhi khalayak ramai dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-pidato mereka agar terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung.<br /><br />Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM.[1] Beberapa orang filsuf sofis yang terkenal tidak berasal dari Athena, namun semuanya pernah mengunjungi dan berkarya di Athena.[1] Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kaum sofis.[1]<br /><span class="fullpost"><br /><b><big>1. 1. Perkembangan Athena</b></big><br /><br />Setelah perang dengan Persia usai pada tahun 449 SM, Athena berkembang pesat di dalam bidang politik dan ekonomi.[1][2]Perikles adalah tokoh yang berhasil memimpin Athena saat itu hingga Athena berhasil menjadi pusat seluruh Yunani.[1] Sebelumnya, filsafat dan ilmu pengetahuan lain kurang berkembang di Athena, melainkan di tempat-tempat lain.[1] Namun setelah Athena menjadi pusat politik dan ekonomi Yunani, dengan segera Athena juga menjadi pusat dalam bidang intelektual dan kultural.[1]<br /><br /><b><big>1. 2. Kebutuhan akan Pendidikan</b></big><br /><br />Bersamaan dengan meningkatnya kemakmuran warga Athena, maka dirasakan juga kebutuhan di dalam bidang pendidikan.[2][1] Pendidikan yang utama pada waktu itu adalah pendidikan yang memampukan seseorang untuk berbicara dengan baik dan meyakinkan di depan umum.[2][1][4] Hal itu berkaitan dengan kemajuan di bidang politik, yakni dengan sistem demokrasi diterapkan di Athena.[1][2] Sistem demokrasi Athena menggunakan pemungutan suara terbanyak di dalam pengadilan maupun sidang umum.[2][1] Oleh karena itu, para pemuda yang merupakan calon-calon pemimpin harus dilatih untuk dapat berbicara dengan meyakinkan supaya dapat ikut serta dalam kehidupan politik.[1][2] Di sinilah kaum sofis memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut.[1][2] Kaum sofis mengajarkan ilmu-ilmu seperti matematika, astronomi, dan tata bahasa, di samping ilmu retorika yang merupakan ilmu terutama.[1] Selain memiliki murid-murid yang berasal dari kalangan atas, para sofis juga memberi ceramah-ceramah untuk rakyat.[1]<br /><br /><b><big>1. 3. Perjumpaan dengan Pelbagai Kebudayaan</b></big><br /><br />Kemajuan Athena juga mendorong perjumpaan dengan orang-orang dari pelbagai bangsa yang memiliki adat istiadat, hukum, ilmu pengetahuan, dan filsafat yang berbeda.[2] Hal itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai etika, tradisi-tradisi, bahkan kepercayaan religius.[1] Kaum sofis banyak berbicara apakah peraturan-peraturan yang ada berdasarkan kesepakatan sosial atau adat kebiasaan saja (nomos) ataukah berdasarkan pada kodrat manusia (physis).[1] Pada umumnya, kaum sofis menyatakan bahwa kehidupan sosial tidak memiliki dasar kodrat manusia, dan merupakan kesepakatan manusiawi saja.[1]<br /><br /><b><big>2. Para Filsuf Sofis</b></big><br /><br />Di dalam sejarah filsafat, dikenal beberapa nama filsuf yang termasuk di dalam kaum sofis.[5] Nama-nama tersebut adalah Protagoras dari Abdera, Xeniades dari Korintus, Gorgias dari Leontinoi, Lycophron, Prodikos dari Keos, Thrasymakos dari Chalcedon, Hippias dari Elis, dan Antiphon and Kritias dari Athena.[5] Dari beberapa nama filsuf tersebut, hanya Protagoras, Gorgias, Prodikos, Hippias, dan Antiphon, yang fragmen-fragmen tulisannya masih tersimpan sehingga pengajarannya dapat diketahui.[5] Hanya ada sedikit sekali tulisan yang berbicara mengenai Thrasymakos dan Kritias.[5] Sedangkan untuk Lycophron dan Xeniades, sama sekali tidak ada fragmen tulisan mereka yang tersimpan.[5]<br /><br /><b><big>3. Pengaruh</b></big><br /><br />Di dalam sejarah filsafat, kaum sofis sering dipandang secara negatif.[2] Misalnya saja, mengajar untuk mendapatkan uang yang banyak, menghalalkan segala cara untuk memenangkan argumentasi, serta mengajarkan relativisme.[4][1][2] Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah adanya pernyataan dari Sokrates, Plato, dan Aristoteles terhadap kaum sofis.[1] Akan tetapi, kini telah ada usaha-usaha untuk menilai kaum sofis secara positif.[1] Berikut adalah beberapa sumbangan kaum sofis terhadap perkembangan filsafat:<br /><br /> 1. Kaum sofis menjadikan manusia sebagai pusat pemikiran filsafatnya.[2] Tidak hanya itu, bahkan pemikiran manusia itu sendiri dijadikan tema filsafat mereka.[2] Contohnya adalah pandangan Prodikos tentang dewa-dewi sebagai proyeksi pemikiran manusia, atau pandangan Protagoras tentang proses pemikiran untuk mengenali sesuatu.[2]<br /> 2. Kaum sofis merupakan pionir dalam hal pentingnya bahasa di dalam filsafat.[2] Hal itu terlihat dari berkembangnya retorika dan juga pentingnya pemakaian kata yang tepat.[1] Selain itu, kaum sofis juga menciptakan gaya bahasa baru untuk prosa Yunani.[rujukan?] Sejarawan-sejarawan Yunani yang besar seperti Herodotus dan Thukydides, amat dipengaruhi oleh mereka.[1] Kemudian etika kaum sofis juga mempengaruhi dramawan-dramawan tersohor seperti Sophokles dan Euripides.[1]<br /> 3. Kritik kaum sofis terhadap pandangan tradisional mengenai moral membuka cakrawala pemikiran baru terhadap etika rasional dan otonom.[2]<br /> 4. Kaum sofis memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran Sokrates, Plato, dan Aristoteles.[2][1] Karena itu, secara tidak langsung, kaum sofis memberikan sumbangan besar terhadap filsafat zaman klasik dengan tiga filsuf utama tersebut.[2][1]<br /><br /><b><big>Ciri-Ciri Sofisme</b></big><br />1. Humanisme: Manusia sebagai ukuran dalam segala-galanya dalam menilai kebenaran.<br />2. Tidak ada kebenaran mutlak (absolut) dari manusia.<br />3. Relativisme (sementara).<br />4. Skeptis (ragu terhadap segala pendirian).<br />5. Individualis (kebenaran berada pada perorangan).<br />6. Ahli retorika (pandai berpidato, bersilat lidah, dan apologetik).<br />7. Jika sudah memberi pengajaran, biasanya suka meminta bayaran.<br /><br /><b><big>Tokoh-Tokohnya</b></big><br />1. Protagoras: seorang individualis.<br />2. Gorgias: seorang nihilis yang memandang tidak ada kebenaran sejati.<br />3. Hippias: seseorang yang banyak ilmu dan wawasan, tapi suka melemahkan pandangan orang lain.<br />4. Prodixos: Moralis dan agamawan tetapi suka mengejek orang yang beragama.<br /><br /><b><big>4. Referensi</b></big><br /><br /> 1. ^ K. Bertens. 1990. <i>Sejarah Filsafat Yunani</i>. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 67-70.<br /> 2. ^ Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. <i>Petualangan Intelektual</i>. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 34-38.<br /> 3. ^ (en)Ted Honderich (ed.). 1995. <i>The Oxford Companion to Philosophy</i>. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 839.<br /> 4. ^ (en)Robert Audi, ed. 1999. <i>"Sophist"</i>. In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Cambridge: Cambridge University Press. P. 752.<br /> 5. ^ (en)John Gibert. 2003. "The Sophists". In The Blackwell Companion to Ancient Philosophy. Christopher Shields, ed. 27-50. Malden: Blackwell.<br /><a href:"http://wapedia.mobi/id/Sofis"><big><big>Wapedia/Sofis</big></big></a><br /><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-39364638729819479222010-10-04T20:31:00.007+07:002010-10-30T10:52:15.263+07:00IBADAH DALAM ISLAM<div style="text-align: justify;"><br /><a href="http://www.ziddu.com/downloadlink/12299855/PENGERTIANIBADAH.doc" target="_blank" title="Silahkan download di sini makalah lengkapnya"><img src="http://i631.photobucket.com/albums/uu36/kangyosep/download1-1.jpg" border="0" alt="Photobucket"></a><br /><br /><br /><b>A. Pengertian Ibadah</b><br />Ibadah dalam tinjauan bahasa bermakna tunduk dan patuh.<br />Menurut al-Qurthuby dalam tafsirnya,<br /><big><big><big><br />أصل العبودية الخضوع والذل<br /></big></big></big><br />Menurut Ibnu Taimiyah,<br /><br /> العبادة هى اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والاعمال الباطنة والظاهرة <br />Ibadah adalah nama bagi segala sesuatu yang Allah cintai dan Allah ridhai, baik berupa ucapan dan amalan secara bathin maupun dhahir. (Al-Ubudiyyah, Ibnu Taimiyyah, hlm 1)<br /><b>B. Dasar-Dasar Perintah Ibadah</b><br />Semua utusan Allah (rasul) berdakwah kepada tauhid uluhiyah dan mengikhlaskan ibadah semata-mata kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br />Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ<br /></big></big></big><br />“Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.’” (Qs. an-Nahl/16: 36)</div><br />Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ<br /></big></big></big><br />“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.’” (Qs. al-Anbiya`/21: 25)</div><br /><span class="fullpost"><br />Demikian juga banyak ayat turun menjelaskan individu para rasul yang menyeru kaumnya kepada tauhid uluhiyah, sebagai contoh adalah:<br />Nabi Nuh yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلاَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ<br /></big></big><br />“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar (kiamat).’” (Qs. al-A’raf/7: 59)</div><br />Nabi Hud yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ<br /></big></big></big><br />“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (Qs. al-A’raf/7: 65)</div><br />Nabi Shalih yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ<br /></big></big></big><br />“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka shalih. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.’” (Qs. al-A’raf/7: 73)</div><br />Nabi Syu’aib yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ<br /></big></big></big><br />“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.’” (Qs. al-A’raf/7: 85)</div><br />Dari beberapa keterangan di atas, nampak jelas bahwa ibadah merupakan tuntutan dan tuntunan dalam ajaran Islam yang diturunkan sejak Nabi Adam a.s. Ketentuan ini kemudian dipertegas sebagai tujuan utama penciptaan manusia sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ<br /></big></big></big><br />“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. adz-Dzariyaat/51: 56)</div><br />Dalam ayat yang mulia ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan penciptaan manusia untuk tujuan ibadah, oleh karena itu perintah pertama kepada manusia adalah perintah ibadah sebagaimana ditunjukkan pula dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ<br /></big></big></big><br />“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah/2: 21)</div><br /><br /><br /></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-54630591658405171072010-06-09T18:39:00.003+07:002010-06-10T00:24:23.449+07:00DOWNLOAD TUGAS-TUGASTah didieu rek ngadownload tugas-tugas mah.<br /><br /><br /><a href="http://www.ziddu.com/download/10213558/SISDIKNAS2003WORD.rtf.html">Sisdiknas 2003</a><br /><br /><a href="http://www.ziddu.com/download/10217573/PARADIGMABARUPENDIDIKANNASIONAL.rtf.html">Perbandingan Sisdiknas 1998 dan 2003</a><br /><br /><br /><a href="http://www.ziddu.com/download/10213559/PETAMUHADDITS.rtf.html">Peta Muhaddis</a><br /><br /><br />Tapi edit deui.... can diatur......<br /><br /><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-37480346400811563052010-05-29T20:33:00.002+07:002010-05-29T20:44:14.855+07:00KULIAH HARI INI<div style="text-align: justify;">Kuliah tadi siang membahas dua mata kuliah.<br /><br />1. Tafsir<br />Dalam pembahasan Tafsir, dua makalah dipresentasikan dengan judul "ISTIDRAJ" dan "FAKIR YANG IKHLAS: TIDAK SUKA MEMINTA".<br /><br />2. Ilmu Kalam<br />Adapun Ilmu Kalam, dua makalah juga yang dipresentasikan, yakni "PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN tentang; (1) Pelaku Dosa Besar; (2) Iman dan Kufur; (3) Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia; (4) Sifat-Sifat Tuhan; dan (5) Kehendak Mutlak dan Keadilan Tuhan". Makalah yang satunya lagi adalah "PEMIKIRAN KALAM INDONESIA (HM RASYIDI dan HARUN NASUTION)".<br /><span class="fullpost"> <br />Namun ada yang sangat disayangkan, terutama dalam pembahasan tentang Pemikiran Kalam Indonesia, pemakalah tidak menjelaskan secara fokus tema pembahasan. Beliau hanya memaparkan aspek historis dan sosiologis tentang fenomena Teologi Islam yang akhirnya tidak nampak pembahasan teologisnya secara signifikan.<br /><br />Padahal jika pembahasan tersebut langsung mengerucut pada pokok pembahasan, saya pikir, akan sangat menarik untuk disimak dan ditanggapi. Apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini, sebagian kaum cendekiawan muslim lebih banyak yang memperhatikan beberapa analisa dan penelitian dari Harun Nasution daripada penelitian dan kritikan dari HM Rasyidi.<br /><br /><br />Kapayun mah, sing fokus ach.<br /><br /></div></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7949186216901645863.post-13590873461274081092010-05-22T19:15:00.002+07:002010-05-22T19:18:21.544+07:00Kuliah TadiPerkuliahan tadi siang diisi oleh beberapa mata kuliah.<br />1. Mata Kuliah Ilmu Kalam: Presentasi makalah Qadariyyah-Jabariyyah dan makalah tentang Syiah.<br />2. Mata Kuliah Tafsir: Problematika Arkan al-Iman.<br />3. Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Islam: Filsafat Ilmu<br />4. Mata Kuliah Pengantar Statistika: Pengumpulan Data<br /><span class="fullpost"> <br /><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0