Wilujeng Sumping, alias SELAMAT DATANG... di blog simkuring... moga-moga aya manfaat nu tiasa katampi... hapunten nu kasuhun... bilih aya nu teu kahartos...

Kang Yosep: "Idealis" menapaki "Realitas"


DATA MAHASISWA

No. NIM Nama Mahasiswa
1 09.0290 Abdul Malik
2 09.0267 Agus Salim
3 09.0292 Asep Haerudin
4 09.0282 Asep Saripin
5 09.0301 Basir Japidung
6 09.0259 Diman Zamil
7 09.0303 Ema Nurhasanah
8 09.0278 Fitri Indriani
9 09.0299 Galih Permana
10 09.0270 Ikrima Nisa Habibah
11 09.0275 Ismailia
12 09.0325 Maya Susanti
13 09.0324 Mira Nopita
14 09.0326 Rani Tri Lesmayanti
15 09.0260 Risa Apriani
16 09.0385 Sidiq Ginanjar
17 09.0300 Siti Nurul Hidayah
18 09.0328 Tedi Setiadi
19 09.0327 Toto Soni
20 09.0383 Winda Gustiani
21 09.0319 Wiwin Muspianti
22 09.0384 Yana Hadiana
23 09.0283 Yopi Sopiana
24 09.0265 Yosep Saeful Azhar Photobucket
25 09.0298 Endang Sudrajat
26 09.0316 Supian Munawar
27 Asep Al-Juhaeri

Tuesday, April 20

Efektivitas Pendidikan Islam di Sekolah


Pendidikan Agama Islam secara formal di Indonesia setidak-tidaknya meliputi 3 kelembagaan; Pesantren, Madrasah, dan Sekolah (Umum). Ketiga kelembagaan tersebut jika ditelusuri realitas empiriknya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Di sini akan saya urai secara ringkas tentang problematika yang dihadapi oleh PAI di sekolah (umum).

Menurut Daulay (2007:...), problematika pendidikan agama di sekolah umum terdiri dari 5 faktor utama, yakni sebagai berikut.

1. Peserta Didik
Peserta didik di sekolah-sekolah, jika dilihat dari sisi keagamaannya, berada dalam level yang beraneka ragam.
2. Pendekatan Kognitif
Selama ini, pendidikan Islam di sekolah-sekolah lebih menitik-beratkan pada aspek kognitif. Sementara aspek afektif dan psikomotorik yang lebih nyata dalam realitas kehidupan kurang tergarap dengan baik.
3. Pendidikan Parsial
Pendidikan Islam masih dipahami sebagai tanggung jawab guru agama. Sedangkan guru-guru mata pelajaran umum seakan-akan terlepas dari aspek keagamaan.
4. Sarana dan Fasilitas
Ketika pelajaran lain, seperti Kimia, Biologi dan TIK, mendapat perhatian yang sangat besar dalam penyediaan media lain proses pembelajarannya seperti adanya laboratorium, pendidikan agama kurang diberi perhatian serius tentang pengadaan sarana dan fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajarannya.
5. Evaluasi
Karena pembelajaran lebih dititik-beratkan pada ranah kognitif, maka secara spontan proses evaluasi pun akan banyak berkait dengan aspek kognitif ini. Sehingga evaluasi tidak dapat berjalan secara utuh. Diperlukan format khusus tentang konsep evaluasi dalam ranah afektifnya.(can beres.......)

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan