Khabar Ahad yaitu bagian dari khabar-khabar yang tidak sampai kepada batasan (derajat) mutawatir. (Al-Amidi, 1;2;31)
a. Faidah Khabar Ahad
1. Kebanyakan para ulama Ushul Fiqh berpendapat bahwa Khabar Ahad itu, walaupun wajib menjadi dasar suatu amal, tidak memberikan ilmu yang meyakinkan. Bahkan khabar tersebut lebih cenderung menunjukkan ilmu zhanni (bersifat praduga).
Kemungkinan adanya kesalahan, keragu-raguan, dusta, dan yang seumpama dengannya, lebih mudah berada dalam khabar tersebut. (Mudzakkarah as-Syanqithi 'ala ar-Raudhah, 103)
Karena itu, Imam Al-Ghazali memberikan suatu contoh. Lalu ia mengatakan, khabar Ahad itu tidak memberikan ilmu. Hal ini sangat perlu diketahui. Kami tidak dapat membenarkan segala sesuatu yang kami dengar. Walaupun kami bisa membenarkan dan mengukur pertentangan di antara dua khabar, bagaimana kami harus membenarkan dua hal yang saling bertentangan. Keputusan para ahli hadis yang menetapkan khabar Ahad wajib termasuk ke dalam kategori ilmu, barangkali maksud mereka itu, khabar tersebut memberikan ilmu tentang wajibnya suatu amalan. Karena zhann (yang bersifat praduga) juga dapat disebut sebagai ilmu. (Al-Ghazali, I: 145)
Maksud khabar Ahad di sini adalah khabar yang dapat diterima (maqbul). Dengan demikian, khabar dhaif yang tertolak dengan berbagai macamnya tidak termasuk dalam kategori ini.
2. Ada juga golongan yang berpendapat bahwa khabar Ahad itu wajib menjadi dasar bagi suatu ilmu dan amalan. Karena ia memberi keterangan yang pasti (qath'i), bukan praduga (zhanni). Yang berpendapat seperti ini adalah Madzhab Zhahiriyyah.
Ibnu Hazm berkata, "Sesungguhnya khabar Ahad yang diterima dari rawi yang setiap tingkatan sanadnya adil sampai pada Rasulullah Saw harus menjadi dasar ilmu dan amal secara bersamaan". (Al-Ihkam, I:107)
Dan ini merupakan riwayat yang bersumber dari Imam Ahmad. (Al-Amidi, Al-Ihkam, 1;2;32)
3. Pemilahan
Jika tercakup qarinah yang menunjukkan kebenarannya, maka ia memberi faidah ilmu. Tetapi jika tidak, maka ia menjadi zhanni (bersifat praduga).
Tidak berfaidah ilmu dengan kemutlakannya
Menurut jumhur para ahli peneliti
Sebagiannya memandang ada faidah jika adil periwayatannya
Dipilihlah yang memiliki qarinah ........(ihtawa)
4. As-Syanqithi berkata, ringkasnya, khabar Ahad itu dapat dilihat dari dua segi. Pertama, secara qath'i, dan kedua secara zhanni.
1. Dari sisi wajibnya menjadi dasar suatu amal, khabar ini qath'i.
2. Dari sisi kesesuaiannya dengan kenyataan dalam perkara-perkara tertentu, khabar ini zhanni.
Salah satu contohnya, jika kita membunuh seseorang dengan qishas karena kesaksian dua orang. Ia mengatakan, pembunuhan tersebut termasuk qath'i menurut syari'at, tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan kebenaran dua saksi tentang apa yang mereka katakan, itu bersifat praduga karena mereka pada dasarnya tidak maksum. (Muhammad Amin As-Syanqithi, Mudzakkarah, 104)
Hasil kajian ini menggambarkan bahwa khabar Ahad itu zhanni dalam hal dilalah yang wajib menjadi dasar suatu amal dengan dalil-dalil yang qath'i. Allah Ta'ala telah menetapkan sisi ta'abbudiyah untuk masalah tersebut, maka tidak ada peluang lain bagi seorang muslim kecuali beramal dengan dasar khabar ini. Demikian juga sunnah yang mulia dapat diperoleh dengan mudah melalui khabar ini. Atas landasan khabar Ahad lah, terbangun juga beberapa hukum dan kaidah-kaidah.
Maka dari itu,............(can beres)
a. Faidah Khabar Ahad
1. Kebanyakan para ulama Ushul Fiqh berpendapat bahwa Khabar Ahad itu, walaupun wajib menjadi dasar suatu amal, tidak memberikan ilmu yang meyakinkan. Bahkan khabar tersebut lebih cenderung menunjukkan ilmu zhanni (bersifat praduga).
Kemungkinan adanya kesalahan, keragu-raguan, dusta, dan yang seumpama dengannya, lebih mudah berada dalam khabar tersebut. (Mudzakkarah as-Syanqithi 'ala ar-Raudhah, 103)
Karena itu, Imam Al-Ghazali memberikan suatu contoh. Lalu ia mengatakan, khabar Ahad itu tidak memberikan ilmu. Hal ini sangat perlu diketahui. Kami tidak dapat membenarkan segala sesuatu yang kami dengar. Walaupun kami bisa membenarkan dan mengukur pertentangan di antara dua khabar, bagaimana kami harus membenarkan dua hal yang saling bertentangan. Keputusan para ahli hadis yang menetapkan khabar Ahad wajib termasuk ke dalam kategori ilmu, barangkali maksud mereka itu, khabar tersebut memberikan ilmu tentang wajibnya suatu amalan. Karena zhann (yang bersifat praduga) juga dapat disebut sebagai ilmu. (Al-Ghazali, I: 145)
Maksud khabar Ahad di sini adalah khabar yang dapat diterima (maqbul). Dengan demikian, khabar dhaif yang tertolak dengan berbagai macamnya tidak termasuk dalam kategori ini.
2. Ada juga golongan yang berpendapat bahwa khabar Ahad itu wajib menjadi dasar bagi suatu ilmu dan amalan. Karena ia memberi keterangan yang pasti (qath'i), bukan praduga (zhanni). Yang berpendapat seperti ini adalah Madzhab Zhahiriyyah.
Ibnu Hazm berkata, "Sesungguhnya khabar Ahad yang diterima dari rawi yang setiap tingkatan sanadnya adil sampai pada Rasulullah Saw harus menjadi dasar ilmu dan amal secara bersamaan". (Al-Ihkam, I:107)
Dan ini merupakan riwayat yang bersumber dari Imam Ahmad. (Al-Amidi, Al-Ihkam, 1;2;32)
3. Pemilahan
Jika tercakup qarinah yang menunjukkan kebenarannya, maka ia memberi faidah ilmu. Tetapi jika tidak, maka ia menjadi zhanni (bersifat praduga).
Tidak berfaidah ilmu dengan kemutlakannya
Menurut jumhur para ahli peneliti
Sebagiannya memandang ada faidah jika adil periwayatannya
Dipilihlah yang memiliki qarinah ........(ihtawa)
4. As-Syanqithi berkata, ringkasnya, khabar Ahad itu dapat dilihat dari dua segi. Pertama, secara qath'i, dan kedua secara zhanni.
1. Dari sisi wajibnya menjadi dasar suatu amal, khabar ini qath'i.
2. Dari sisi kesesuaiannya dengan kenyataan dalam perkara-perkara tertentu, khabar ini zhanni.
Salah satu contohnya, jika kita membunuh seseorang dengan qishas karena kesaksian dua orang. Ia mengatakan, pembunuhan tersebut termasuk qath'i menurut syari'at, tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan kebenaran dua saksi tentang apa yang mereka katakan, itu bersifat praduga karena mereka pada dasarnya tidak maksum. (Muhammad Amin As-Syanqithi, Mudzakkarah, 104)
Hasil kajian ini menggambarkan bahwa khabar Ahad itu zhanni dalam hal dilalah yang wajib menjadi dasar suatu amal dengan dalil-dalil yang qath'i. Allah Ta'ala telah menetapkan sisi ta'abbudiyah untuk masalah tersebut, maka tidak ada peluang lain bagi seorang muslim kecuali beramal dengan dasar khabar ini. Demikian juga sunnah yang mulia dapat diperoleh dengan mudah melalui khabar ini. Atas landasan khabar Ahad lah, terbangun juga beberapa hukum dan kaidah-kaidah.
Maka dari itu,............(can beres)
0 comments:
Post a Comment