Wilujeng Sumping, alias SELAMAT DATANG... di blog simkuring... moga-moga aya manfaat nu tiasa katampi... hapunten nu kasuhun... bilih aya nu teu kahartos...

Kang Yosep: "Idealis" menapaki "Realitas"


DATA MAHASISWA

No. NIM Nama Mahasiswa
1 09.0290 Abdul Malik
2 09.0267 Agus Salim
3 09.0292 Asep Haerudin
4 09.0282 Asep Saripin
5 09.0301 Basir Japidung
6 09.0259 Diman Zamil
7 09.0303 Ema Nurhasanah
8 09.0278 Fitri Indriani
9 09.0299 Galih Permana
10 09.0270 Ikrima Nisa Habibah
11 09.0275 Ismailia
12 09.0325 Maya Susanti
13 09.0324 Mira Nopita
14 09.0326 Rani Tri Lesmayanti
15 09.0260 Risa Apriani
16 09.0385 Sidiq Ginanjar
17 09.0300 Siti Nurul Hidayah
18 09.0328 Tedi Setiadi
19 09.0327 Toto Soni
20 09.0383 Winda Gustiani
21 09.0319 Wiwin Muspianti
22 09.0384 Yana Hadiana
23 09.0283 Yopi Sopiana
24 09.0265 Yosep Saeful Azhar Photobucket
25 09.0298 Endang Sudrajat
26 09.0316 Supian Munawar
27 Asep Al-Juhaeri

Friday, January 8

Inkar as-Sunnah



Hari ini, kajian diskusi kami untuk mata kuliah Ilmu Hadis adalah Inkarus Sunnah dan permasalahan-permasalahannya. Kelompok penyaji menyampaikan makalahnya. Beres presentasi, seperti biasa, dibuka ruang tanya jawab. Saya mencoba menanyakan tiga hal berikut:
1. Menurut uraian penyaji, paham Inkarus Sunnah muncul disebabkan ada anggapan bahwa hadis-hadis yang tersebar di kalangan kaum muslimin tidak dapat diakui sebagai sumber ajaran karena hadis-hadis tersebut merupakan produk Yahudi. Pandangan ini, katanya, bersumber dari ungkapan Rasyid Khalifa (seorang Munkir as-Sunnah dari Amerika) dalam sebuah seminar. Yang saya tanyakan, "Dari mana atau apa yang menjadi landasan pemikiran ini?". Sepengetahuan saya, pengingkaran terhadap hadis, terutama yang datang secara beruntun dari kaum Orientalis (salah seorang tokohnya adalah Goldziher) dan para pendukungnya, adalah adanya anggapan bahwa hadis-hadis tersebut tidak muncul/tidak ramai sejak awal perjalanan (masa Nabi Saw dan para sahabat). Tetapi hadis-hadis itu baru muncul pada abad ke-2 H, pada saat dimulainya pengkodifikasian (tadwin) hadis.
2. Menurut uraian penyaji, salah satu pengelompokan Inkarus Sunnah, adalah pengingkaran terhadap as-sunnah dalam hal di luar ubudiyyah (masalah ibadah). Mereka yang meragukan otentisitas hadis/sunnah, sebagiannya ada yang menerima kehujjahan hadis tetapi terbatas pada hadis-hadis masalah ubudiyyah tersebut. Pengelompokan model ini, katanya, merupakan satu di antara tiga kategori yang ditetapkan oleh DR. Daud Rasyid. Yang saya tanyakan, "Apakah kondisi sebaliknya termasuk juga ke dalam pengelompokan itu?". Dalam kenyataannya, banyak juga orang-orang yang mengingkari otentisitas as-sunnah dalam hal ubudiyyah. Misalnya, kaum Ahlu al-Quran (skripturalisme) dari Punjab di Benua India banyak berkecimpung dalam problematika seputar shalat dan kaifiyatnya. Bahkan di Indonesia pernah ada orang yang menggagas manasik haji bukan hanya di bulan Dzulhijjah, seperti pandangan dari Masdar F. Mas'udi.
3. Dari pengelompokan di atas (point 2), apakah orang-orang yang menolak keotentikan sebagian hadis, tidak semuanya, dapat juga dimasukkan ke dalam kategori Inkar as-Sunnah?

Setelah menguraikan beberapa jawaban, diskusi dipandang tuntas karena keterbatasan waktu. Setelah itu, dosen mengurai penjelasan tambahan/penguat dari makalah penyaji. Berikut ini kami kutip "Catatan Pribadi" Dosen Ilmu Hadis tersebut.

Pengertian
Inkar al-Sunnah adalah paham, sikap dan pendapat yang menafikan kedudukan, fungsi dan peran al-Sunnah/Hadis Nabi sebagai sumber nilai, ajaran dan hukum dalam Agama Islam.


Sejarah Kemunculannya
1. Masa Mutaqaddimin Pasca Hijrah – Akhir Abad ke-2 Hijrah:
a. Periode Nabi saw
b. Periode Sahabat
c. Periode Tabi`in
d. Periode Tabi` al-Tabi`in
f. Periode Tabi` Tabi` al-Tabi`in (sampai memasuki paruh kedua abad ke-2 hijrah)

2. Masa Muta’akhirin Pasca Kolonialisasi Barat atas negeri-negeri kaum Muslim:
a. Timur Tengah berporos di Mesir
b. Anak Benua India berporos di Pakistan
c. Asia Tenggara berporos di Indonesia

3. Masa Kontemporer
Di berbagai belahan dunia di mana kaum muslim eksis dan berkembang demikian masif dan progresif (Asia, Eropa, Afrika, Amerika, Australia)

Kelompok Pengingkar al-Sunnah
Kelompok yang menafikan kedudukan, fungsi dan peran keseluruhan al-Sunnah (mutlak) dari sistem ajaran Islam, periode mutaqaddimin, sifatnya: perorangan dan kelompok; periode mutaakhirin sifatnya: perorangan dan kelompok/Ahl al-Qur`an, di Anak Benua, dikomandani oleh Ghulam Ahmad Parwez];
Kelompok yang menafikan sebagian al-Sunnah (relatif), sifatnya: perorangan dan kelompok.

Pandangan Pokok Inkar al-Sunnah
Alquran telah mencakup segala hal berkenaan dengan ketentuan agama; dengan demikian tidak diperlukan lagi adanya keterangan lain – termasuk al-Sunnah (QS. Al-Nahl,89; Al-An`am,38);
Bahasa Arab yang baik dipandang cukup untuk memahami Alquran tanpa bantuan hadis;
Hadis hanya menjadikan umat Islam berpecah belah, dan perpecahan itu menjadi sumber kemunduran umat Islam;
Hadis baru dihimpun sekian lama setelah wafatnya Nabi, dengan demikian kumpulan hadis yang terdapat dalam kitab-kitab hadis merupakan dongeng belaka, bahkan menurut Muhammad Taufiq Shidqi di jaman Nabi hadis tidak boleh dicatat;
Banyak matan hadis yang bertentangan dengan Alquran;
Kritik sanad dalam ilmu hadis sangat lemah karena baru muncul setelah satu setengah abad setelah wafatnya Nabi;
Penilaian bahwa seluruh sahabat itu adil berarti melepaskan mereka dari kesalahan dalam mentransmisikan hadis.

Bantahan dan Sanggahan
Pernyataan pengingkar al-Sunnah bahwa Nabi tidak diberi hak memberikan penjelasan terhadap Alquran merupakan kesalahan fatal, karena berarti pula mereka telah mengingkari Alquran yang dalam banyak ayat memberikan kewengan kepada Nabi untuk memberikan penjelasan atas isi Alquran, sekaligus menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk menaatinya;
Pengingkar al-Sunnah tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang ilmu hadis dan metodologi penelitian hadis yang memiliki keunikan dan kompleksitas;
Para pengingkar al-Sunnah rata-rata tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sejarah Islam, sejarah periwayatan hadis, qawa’id, mushthalahat, dan metodologi kritik hadis;
Patut diduga, berdasarkan berbagai produk penafsiran mereka, kelompok pengingkar al-Sunnah tidak memiliki pengetahuan bahasa Arab yang memadai.

Dalil-dalil Pengingkar al-Sunnah
الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ [البقرة/1، 2]
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ [فاطر/31]
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ [يونس/36]
إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ [الأنعام/148]
مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ [الأنعام/38]
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ [النحل/89]
أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا وَالَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ [الأنعام/114]
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ [الحجر/9]


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan