Tadi siang, tak seperti biasanya, jadwal kuli ah untuk mata kuliah Kewargaan (Pancasila) dan Hadis digilir menjadi Senin. Dosennya sibuk????? Nggak tau lah. Apalagi untuk Mata Kuliah Kewargaan, rencananya masuk jam 13.00, eh pas ke sana jam 13 lebih sedikit, mata kuliah udah beres. Telat tuh.
Tak lupa, ku tulis ah, beberapa pemikiran penting hasil kumpulan tadi.
Diskusi tentang hadis iman dan islam, tatkala ada pertanyaan dari audiens, apakah iman dulu atau islam dulu? Pemakalah memaparkan bahwa iman-lah yang lebih dulu, dengan pertimbangan perjalanan dakwah Nabi Saw dari periode Makkiyyah dan Madaniyyah. Periode Makkiyyah, ajaran Islam lebih banyak bermuatan aqidah (keimanan), sedangkan periode Madaniyyah lebih banyak muatan ibadah dan muamalahnya (islam).
Saya jadi bertanya-tanya, dan terpaksa mempertanyakan, "Bagaimana bisa disebut begitu?" Saya mengajukan tiga pertimbangan sebagai berikut.
1. QS Al-Hujurat [49]: 14 menyatakan, "Dan orang-orang Arab gunung berkata, 'Kami telah beriman'. Katakanlah (hai Muhammad), 'Kalian belum beriman, keimanan belum merasuk ke dalam hatimu'. Tapi katakanlah, 'Kami baru Islam'......".
2. Hadis Nabi Saw menyatakan, "Perintahkanlah anak-anakmu agar shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada usia sepuluh tahun (jika masih susah untuk taat pada perintah)".
3. Wahyu yang turun di Mekkah bukan hanya masalah aqidah. Tapi masalah praktik ibadah pun, seperti shalat yang digambarkan sebagai rukun islam dalam hadis yang dimaksud, sudah diturunkan di kota Mekah. Bahkan penurunan wahyunya termasuk tahap awal dengan isyarat dalam surat al-Muzzammil.
Bukankah semua itu menunjukkan adanya Islam dulu, sebelum iman????
Ya, kadang kita menganggap bahwa hadis yang membahas tentang iman, islam, dan ihsan sebagai sebuah pentahapan yang ketat. Padahal dalam hadis itu tidak ada satu isyarat yang jelas tentang proses penahapan seperti anggapan pada umumnya.
Sekian dulu.
Kata Iman dan Islam dalam beberapa keadaan berperan dalam tiga dimensi. Kadang keduanya Mutaradif, tapi adakalanya juga Mukhtalaf, di sisi lain Tadakhul.
Tak lupa, ku tulis ah, beberapa pemikiran penting hasil kumpulan tadi.
Diskusi tentang hadis iman dan islam, tatkala ada pertanyaan dari audiens, apakah iman dulu atau islam dulu? Pemakalah memaparkan bahwa iman-lah yang lebih dulu, dengan pertimbangan perjalanan dakwah Nabi Saw dari periode Makkiyyah dan Madaniyyah. Periode Makkiyyah, ajaran Islam lebih banyak bermuatan aqidah (keimanan), sedangkan periode Madaniyyah lebih banyak muatan ibadah dan muamalahnya (islam).
Saya jadi bertanya-tanya, dan terpaksa mempertanyakan, "Bagaimana bisa disebut begitu?" Saya mengajukan tiga pertimbangan sebagai berikut.
1. QS Al-Hujurat [49]: 14 menyatakan, "Dan orang-orang Arab gunung berkata, 'Kami telah beriman'. Katakanlah (hai Muhammad), 'Kalian belum beriman, keimanan belum merasuk ke dalam hatimu'. Tapi katakanlah, 'Kami baru Islam'......".
2. Hadis Nabi Saw menyatakan, "Perintahkanlah anak-anakmu agar shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada usia sepuluh tahun (jika masih susah untuk taat pada perintah)".
3. Wahyu yang turun di Mekkah bukan hanya masalah aqidah. Tapi masalah praktik ibadah pun, seperti shalat yang digambarkan sebagai rukun islam dalam hadis yang dimaksud, sudah diturunkan di kota Mekah. Bahkan penurunan wahyunya termasuk tahap awal dengan isyarat dalam surat al-Muzzammil.
Bukankah semua itu menunjukkan adanya Islam dulu, sebelum iman????
Ya, kadang kita menganggap bahwa hadis yang membahas tentang iman, islam, dan ihsan sebagai sebuah pentahapan yang ketat. Padahal dalam hadis itu tidak ada satu isyarat yang jelas tentang proses penahapan seperti anggapan pada umumnya.
Sekian dulu.
Kata Iman dan Islam dalam beberapa keadaan berperan dalam tiga dimensi. Kadang keduanya Mutaradif, tapi adakalanya juga Mukhtalaf, di sisi lain Tadakhul.
0 comments:
Post a Comment